BANDA ACEH | Sejumlah presiden kampus dalam hal ini "Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) yang berada di Banda Aceh dan Aceh besar menolak Barus dijadikan Titik Nol Islam Nusantara. Mereka mengadakan pertemuan khusus di salah satu cafe di Banda Aceh, Selasa (28/3/2017)
Pertemuan tersebut dihadiri beberapa presiden kampus dan penggurus BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM) Di antaranya UNSYIAH, UIN AR-RANIRY, STKIP BBG, UNAYA, UUI, POLTEKKES ACEH, UNMUHA, USM DAN AL WASLIYAH.
Dalam pertemuan tersebut membahas persoalan tentang titik nol Islam nusantara yang sekarang menjadi polimelik di kalangan mahasiswa dan masyarakat Aceh.
Baca:
Pertemuan yang dihadiri sembilan lembaga kampus dari Banda Aceh dan Aceh besar tersebut, diakhiri pernyataan sikap dari Badan Ekskutif Mahasiswa Banda Aceh dan Aceh besar atas tindakan Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo yang telah meresmikan tugu Titik Nol Islam Nusantara yang dilakukan pada tanggal 24 Maret lalu di Barus Sumatera utara.
BEM Banda Aceh dan Aceh Besar dalam pernyataanya, menuntut pemerintah Aceh serius dalam menanggapi persoalan yang dianggap pendangkalan sejarah tersebut. Mereka juga menuntut Pemerintah Aceh jangan hanya sibuk dengan urusan kelompok dan kepentingan pribadi saja dan mereka juga berharap agar pemerintah pusat dapat menjaga stabilitas dan kondisi keamanan Indonesia agar tidak sempat perpecahan sesama umat Islam.
Dalam pertemuan sejumlah BEM Aceh itu juga mengecam keras pemerintahan ZIKIR jika tidak meluruskan persoalan yang dianggap memutarbalikkan fakta sejarah tersebut maka BEM Banda Aceh dan Aceh Besar, akan melakukan aksi besar besaran dengan membawa massa dari seluruh mahasiswa yang berada di Aceh, untuk turun aksi memprotes peresmian tugu titik nol yang dilakukan beberapa waktu yang lalu.
Misran, wakil presiden Kampus UIN Ar-Raniry yang membuka acara pertemuan Badan Ekskutif Mahasiswa Banda Aceh dan Aceh besar tersebut menegaskan, kasus ini merupakan bagian dari kepanikan pemerintah untuk pengalihan isu pusat yang hari ini menjadi rancu.
"Jangan mengorbankan Aceh lagi kami tidak ingin selalu dikhianati oleh pemerintah pusat yang seperti masa dahulu hingga mengakibatkan timbulnya konflik vertikal. Pemerintah seharusnya memiliki kearifan tersendiri terhadap daerah daerah lain untuk menentukan titik nol Islam nusantara agar tidak ada yang tersakiti jangan main libas terus tanpa ada konsolidasi dengan daerah lain," tegas Misran.
Misran juga menambahkan, dalam sejarah awal masuknya Islam ke Indonesia itu adalah pesisir pantai Utara Aceh yaitu Pase Aceh Utara tapatnya pada masa kerajaan Samudera Pasai, dimana kerajaan Samudera Pasai lah yang menyebarkan Islam ke Nusantara hingga sebagian Malaya. "Ada batu nisan Islam di Aceh yang juga baru ditemukan tepat nya di LAMURI yang wafatnya pada tahun 1007 Masehi dan itu merupakan bukti sejarah bukan dongeng belaka," pungkas Misran
Sumber: Serambi Indonesia
No comments:
Write komentar