Nama Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Ir. Ahmad Untung Surianata, lebih dikenal dengan nama AKBP Untung Sangaji mulai dikenal publik Tanah Air setelah terjadi serangan teror di Sarinah Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (14/1/2016).
Kini namanya Kapolres Aceh Utara ini kembali menjadi sorotan media dalam negeri dan luar negeri. Wajahnya kembali masuk TV dan masa lalunya kembali diungkit ke ruang publik.
Semua ini bermula dari tindakannya yang berani memimpin aparat Polres Aceh Utara menggerebek sebuah salon di Pantonlabu, Kecamatan Tanah Jambo Aye, Sabtu (27/1/2018) malam.
Aksi Untung Sangaji tersebut berhasil mengamankan 12 wanita pria (waria) yang bekerja di salon tersebut. Penggerebekan tersebut merupakan bagian dari operasi penyakit masyarakat (Pekat).
Untung Sangaji sadar bahwa tindakannya membina waria bakal menuai pro dan kontra. Bahkan bisa membahayakan posisinya sebagai Kapolres Aceh Utara yang sewaktu-waktu dapat saja dicopot.
Bahkan atas ketegasannya itu, Untung Sangaji diperiksa oleh Bidang Profesi dan Pengamanan Polda Aceh. Perwira menengah kepolisian ini diperiksa, apakah ada kesalahan prosedur atau tidak dalam penanganan waria. Meski Untung Sangaji sudah berusaha membina mereka supaya meninggalkan perbuatan yang dilarang dalam agama Islam.
Tapi di Aceh, aksi Untung Sangaji mendapat dukungan luas dari masyarakat dan disuarakan hingga di dunia maya. Bahkan aksi massa untuk mendukung Untung Sangaji dalam memberantas LGBT (lesbian, gay, biseksual, dan transgender) di depan Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh, Jumat (2/2/2018).
Ratusan lembaga sudah mendaftar untuk membawa anggotanya dalam aksi mendukung kebijakan Untung Sangaji. Ini belum lagi dukungan luas dari masyarakat Aceh yang menilai tindakan Kapolres Aceh Utara tersebut sudah benar dalam penegakan syariat Islam.
Lalu siapa AKBP Untung Sangaji yang berani mempertaruhkan jabatannya demi membina waria di wilayah kerjanya. Berikut adalah enam fakta tentang sosok AKBP Untung Sangaji:
1. Kejar dan Lumpuhkan Pelaku Teror di Sarinah
Aksi berani AKBP Untung Sangaji dalam adegan baku tembak dengan teroris di Sarinah, terekam kamera foto, Kamis (14/1/2016) |
Serangan teror mengagetkan warga ibukota di Sarinah Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (14/1/2016). AKBP Untung Sangaji pun terlibat dalam penumpasan pelaku teror. Saat itu, ia bertugas sebagai perwira menengah Pusdikpolair Lemdiklat Polri.
Pria yang lahir di Waimital, Kairatu, Seram Bagian Barat, Maluku, menghadapi pelaku teror tanpa memakai rompi pelindung tubuh. Penampakan dirinya dengan baju putih yang lagi menembakan pistol sempat membuat banyak pihak bingung.
Apakah dia termasuk dalam kelompok pelaku teror. Karena saat itu, pelaku teror yang membawa bom juga memakai pistol dan berpakaian preman.
Sebab, saat peristiwa yang menghentak ibukota tersebut, cukup membuat bingung banyak pihak, terutama petugas yang tak berpakaian seragam polisi.
Belakangan diketahui, kalau dia adalah personel polri dengan pangkat AKBP. Kebetulan dia berada di lokasi tersebut saat terjadi serangan teror.
Untung Sangaji sedang berada di Starbucks Cafe, Thamrin, Jakarta Pusat. Bahkan Untung Sangaji ikut mengejar dua pelaku teror dan menembak mati.
Pelaku teror bom Sarinah melibatkan empat orang, yakni Muhammad Ali, Dian, Afif alias Sunakin, dan Ahmad Muhazan.
Sedangkan korban yang terluka mencapai 24 orang. Aksi heroik Untung Sangaji membuat namanya tenar dan diundang sejumlah stasiun TV dan mendapat wawancara luas dari banyak media.
2. Kawal Irwandi Yusuf di Lhong Raya
Calon Gubernur Aceh, Irwandi Yusuf mendapat pengawalan ketat dari enam polisi bersenjata lengkap saat menyaksikan pertandingan Persiraja versus Semen Padang di tribun VIP Stadion Harapan Bangsa, Lhong Raya, Banda Aceh, Minggu (5/2/2012) petang.
Pertandingan kedua tim di pentas Indonesia Premier League (IPL) musim 2011/2012 berakhir imbang 2-2.
Berdasarkan pantauan Serambi usai laga, enam pria yang memegang senjata laras panjang berdiri masing-masing tiga orang di tangga sebelah kiri Irwandi Yusuf yang juga Gubernur Aceh. Salah satuhnya adalah AKBP Untung Sangaji.
Sedangkan tiga orang lagi berdiri di tangga sebelah kanan orang nomor satu di jajaran Pemerintah Aceh itu. Pemandangan seperti ini tidak terlihat dalam pertandingan sepakbola sebelumnya yang ikut disaksikan oleh suami Darmawati A Gani.
Tapi dari sosok enam pria yang memakai seragam preman berlabel polisi itu terlihat perbedaan senjata yang digunakan. Karena tiga polisi yang berdiri di sebelah kiri Irwandi memakai senjata SS1 standar yang biasa dipakai kepolisian Indonesia.
Sedangkan tiga polisi yang berdiri disebelah kanan Irwandi justru memakai senjata M16 A1 yang biasa digunakan pasukan elit.
Namun, dari postur tiga pria yang sedang siaga penuh itu terlihat seperti layaknya anggota Detasemen Khusus (Densus) 88.
Karena senjata jenis itu biasa dipakai oleh Densus 88 yang sudah terlatih untuk membasmi pelaku teror. Mereka pun tidak banyak bicara walaupun ada juga yang memilih senyum.
Bahkan Serambi pun berusaha untuk mengajak ngobrol salah satu dari tiga pria yang menggunakan M16 A1.
“Ini senjata M 16 dari Amerika Serikat ya, kok beda dengan senjata M16 biasanya ya?,” tanya Serambi.
“Ini kan M16 dari Amerika juga,” jawab salah satu pria itu yang memakai kacamatan hitam dengan sedikit tertawa. Tapi ia dan kawan-kawannya kembali bersikap waspada dan siaga.
Kemungkinan pengamanan ketat itu terkait dengan pemilihan kepala daerah (Pilkada) Aceh yang dijadwalkan 9 April 2012.
Karena Irwandi Yusuf yang berpasangan dengan Muhyan Yunan ikut mencalonkan diri melalui jalur independen. Sehingga sebagai calon gubernur mendapat pengawalan dari pihak kpolisian agar mencegah hal-hal yang tak diinginkan.
Karena kondisi Aceh kala itu cukup memanas dalam pertarungan memperebutkan kursi gubernur.
3. Didikan Keras Dari Ayahnya
Yayasan Advokasi Rakyat Aceh (YARA) menyerahkan rencong
berukuran besar kepada Kapolres Aceh Utara AKBP Ahmad Untung
Surianata pada Rabu (31/1/2018) di ruang kapolres
|
Ternyata didikan keras dari ayahnya membuat Untung Sangaji benar-benar menjadi anak yang berguna bagi nusa dan bangsa. Untung dibesarkan dari keluarga tentara sejak kecil.
Ayahnya merupakan anggota Yonif 733/BS hingga sikap disiplin di tentara terbawa ke rumah tangga. Makanya Untung Sangaji terbiasa dengan didikan sangat keras sejak kecil hingga merasakan dampaknya saat dewasa.
Ada cerita menarik soal karier Untung Sangaji di kepolisian. Ternyata sebelumnya ia sempat menjalani pendidikan karier di TNI Angkatan Laut pada tahun 1994.
Tapi Untung Sangaji keluar dan mendaftar sebagai anggota POLRI pada tahun 1995. Keputusannya untuk menjadi anggota polisi ternyata menjadi kenyataan.
Setelah lulus dari Akademi Kepolisian (Akpol), Untung Sangaji kemudian mendapat penugasan di Polair Mabes Polri di Jakarta.
Namanya bukan hanya dikenal dan menjadi kebanggaan di tanah kelahirannya Waimital, Kairatu, Seram Bagian Barat, Maluku. Tapi menjadi kebanggaan korps Bhayangkara dan rakyat Indonesia.
4. Ingin Mundur dari Polri Untuk Jadi Bupati
Setelah peristiwa teror bom di Sarinah, sejumlah perwira ada mendapatkan kenaikan pangkat, promosi atau menempuh pendidikan.
Tapi Untung Sangaji termasuk yang tidak mendapatkan meski paling menonjol dan berjasa melumpuhkan pelaku teror dalam peristiwa tersebut.
Ungkapan kekecewaan Untung Sangaji kala itu berniat mundur dari Polri dan mencalonkan diri sebagai Bupati Seram Barat.
Karena sudah ada partai politik yang siap mengusungnya bertarung dalam Pilkada. Termasuk adanya keinginan dari warga supaya dia dapat mengabdi di tanah kelahirannya.
Kekecewaan Untung Sangaji ternyata sampai juga ke Kapolri Jenderal Badrodin Haiti yang cukup berang dengan sikap anak buahnya itu.
Bahkan Kapolri menyatakan dirinya sudah merencanakan Untung Sangaji jadi Kapolres, tapi sikap anaknya itu membuat Haiti mempertimbangkan lagi untuk promosi.
Ternyata niat Untung Sangaji untuk mundur ditolak oleh pimpinan Polri yang masih membutuhkan jasanya di Kepolisian. Ia empat kali dipanggil Kapolri hingga akhirnya terus ingin mengabdi di Polri.
5. Jadi Kapolres Aceh Utara
Kapolres Aceh Utara AKBP Ahmad Untung Surianata memimpin operasi
pemberantasan Penyakit Masyarakat (Pekat), Sabtu (27/1/2018) malam.
(Capture video)
|
Akhirnya tiba juga waktu yang membahagiakan bagi Untung Sangaji yang dipromosikan menjadi Kapolres Aceh Utara.
Kala itu Jenderal Pol Tito Karnavian yang menjabat sebagai Kapolri merotasi sejumlah perwira menengah di Polri. Untung Sangaji salah satunya dari 165 perwira yang mendapat promosi.
Ini sesuai Surat Telegram Kapolri bernomor ST/2754/XI/2016, tertanggal 14 November 2016. AKBP Untung Sangaji dipromosikan sebagai Kapolres Aceh Utara.
Ia menggantikan AKBP Wawan Setiawan yang diangkat dalam jabatan baru sebagai Wakil Direskrimum Polda Aceh.
Untung Sangaji sangat bersyukur atas promosinya sebagai Kapolres Aceh Utara. Bahkan ia siap menjalankan tugas yang sudah dipercayakannya.
Untung Sangaji tidak masalah ditugaskan dimana saja dan mengaku menikmati dengan enjoy dalam melaksanakan amanah baru tersebut.
6. Makna Tengkorak dan Simbol Malaikat di Pistolnya
Setelah tampil heroik dalam peristiwa teror bom Sarinah, berbagai sisi sosok Untung Sangaji dibahas oleh media. Salah satunya termasuk psitol yang digunakan saat menembak para peneror dalam peristiwa tersebut.
Ternyata ada gambar tengkorak dan simbol malaikat pencabut nyawa di gagang pistol yang dipegang Untung Sangaji.
Gambar-gambar tersebut cukup menarik perhatian bagi yang melihatnya. Mereka cukup penasaran dan ingin mengetahui apa maknanya.
Gambar tersebut tenyata tak asal tempel saja, tapi punya makna bagi Untung Sangaji. Untuk logo tengkorak berarti berbuat baiklah sebelum mati. Kemudian simbol malaikat pencabut nyawa berarti jangan ragu-ragu menghantam yang jahat.
Makna pistol tersebut memang benar-benar terbukti saat menghantam peneror bom di Sarinah. Bahkan Untung Sangaji berusaha berbuat yang terbaik selama mengabdi di di kepolisian. Termasuk yang sedang heboh belakangan ini menertibakan dan membina waria.
Kini kebijakannya dalam menertibkan waria bakal menjadi ujian berat dalam kariernya di kepolisian. Tentu saja lebih berat dari menghadapi para peneror, seperti di Sarinah.
Karena ada yang mendukung dan ada tekanan yang melayangkan kritik ke markas besar (Mabes) Polri.
Polda Aceh pun sedang menginvestigasi masalah tersebut. Sanksi disiplin dan sanksi kode etik bisa saja menimpa Untung Sangaji dan anak buahnya.
Tapi aksi massa yang melibatkan ratusan lembaga di depan Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh, Jumat (2/2/2018) merupakan bentuk dukungan penuh kepada AKBP Untung Sangaji.(*)
Sumber: SERAMBI INDONESIA
No comments:
Write komentar