TAPAKTUAN | Kepala Bidang Pelayanan RSUD Yuliddin Away Tapaktuan, dr. Cut Dewi mengatakan, persoalan kekosongan obat khususnya jenis paracetamol bukan disengaja. Ia menyebut stok obat-obatan di beberapa distributor di Medan, Sumatera Utara, dan Banda Aceh sedang kosong.
Ilustrasi |
“Khusus untuk jenis obat-obatan penting seperti paracetamol infus memang wajib kami sediakan. Namun, kendalanya sekarang ini kami sudah menghubungi beberapa pihak distributor di Medan dan Banda Aceh. Semuanya mengaku stok obat jenis itu sedang kosong. Mereka meminta waktu untuk menyediakannya mulai dari selama dua hari sampai satu minggu. Kemudian kami sudah menyetujui penyediaan obat-obatan dengan distributor Banda Aceh yang mampu menyediakan obat selama dua hari,” kata Cut Dewi ketika dikonfirmasi wartawan di RSUD YA Tapaktuan, Rabu, 15 Maret 2017.
Cut Dewi menyatakan biasanya stok obat-obatan di RSUD YA Tapaktuan cukup sampai dua hingga tiga bulan setiap tahun berjalan. Namun, kata dia, khusus obat-obatan tertentu seperti paracetamol infus memang telah kosong sejak beberapa bulan lalu karena terjadinya peningkatan jumlah pasien yang membutuhkan jenis obat seperti itu.
“Seperti untuk kebutuhan tahun 2017 ini, padahal kami telah stok obat sejak Desember 2016 lalu. Namun, secara tiba-tiba pada Januari dan Februari 2017 terjadi peningkatan jumlah kunjungan pasien. Kebetulan saja, mayoritas masyarakat yang berobat tersebut mengalami sakit yang membutuhkan obat jenis paracetamol infus sehingga mengakibatkan jenis obat dimaksud cepat kosong,” ujar Cut Dewi.
Cut Dewi mencontohkan, untuk menghindari kekosongan obat-obatan kemudian pihak rumah sakit menyediakan stok obat dalam jumlah banyak agar cukup dalam beberapa bulan ke depan, juga tidak bisa karena kebijakan seperti itu dikhawatirkan akan menjadi temuan kasus oleh pihak DPRK Aceh Selatan dan BPK RI Perwakilan Aceh yang rutin melakukan pengawasan dan pemeriksaan.
“Jadi persoalan stok obat ini bukan mudah seperti dibayangkan. Sebab terkadang khusus terhadap jenis obat tertentu mengalami kekosongan dari pihak distributor itu sendiri. Sementara saat jenis obat itu ada, mau kita stok dalam jumlah banyak pun tidak bisa, karena justru akan menjadi temuan kasus oleh pihak DPRK Aceh Selatan dan BPK RI Perwakilan Aceh. Jadi serba salah,” ujarnya.
Sedangkan terkait kebijakan pihak rumah sakit meminta kepada keluarga pasien agar membeli obat di apotek luar rumah sakit jika jenis obat tertentu sedang kosong, Cut Dewi mengatakan, seluruh biaya yang dikeluarkan keluarga pasien tersebut akan diganti pihak RSUD YA Tapaktuan.
“Intinya bahwa terhadap obat-obatan pasien peserta BPJS yang memang ditanggung oleh rumah sakit, seluruhnya gratis. Hanya saja ketika jenis obat tertentu sedang kosong maka pihak rumah sakit meminta kepada keluarga pasien agar membelinya di luar. Kwitansi bukti pembelian tersebut harus dilampirkan saat menagih biaya pembelian obat-obatan tersebut kepada bendahara rumah sakit,” tegas Cut Dewi.
Diberitakan sebelumnya, keluarga pasien asal Kluet Raya, Aceh Selatan, Nurbaiti, 55 tahun, mengaku sangat kecewa dengan pelayanan RSUD Yuliddin Away Tapaktuan. Pasalnya, meskipun Nurbaiti telah masuk dalam ruang Intensive Care Unit (ICU,) pihak rumah sakit milik Pemkab Aceh Selatan tersebut tidak mampu menyediakan obat-obatan secara lengkap sesuai resep dokter yang menangani pasien.[]portalsatu.com
No comments:
Write komentar