Tragedi
Simpang KKA, juga dikenal dengan nama Insiden Dewantara atau Tragedi
Krueng Geukueh, adalah sebuah peristiwa yang berlangsung saat konflik Aceh
pada tanggal 3 Mei 1999 di
Kecamatan Dewantara, Aceh.
Saat itu, pasukan militer Indonesia menembaki kerumunan warga yang sedang
berunjuk rasa memprotes insiden penganiayaan warga yang terjadi pada tanggal 30
April di Cot
Murong, Lhokseumawe.
Kekerasan TNI pada masyarakat ketika tragedi berdarah Simpang KKA |
Simpang
KKA adalah sebuah persimpangan jalan dekat pabrik PT Kertas Kraft Aceh di Kecamatan Dewantara, Aceh Utara.
Insiden ini terus diperingati masyarakat setempat setiap tahunnya. Sampai sekarang belum ada pelaku yang
ditangkap dan diadili atas peristiwa ini.
Mengingat
Sejarah
Tanggal 3
Mei punya banyak makna bagi warga Aceh Utara, dan juga bagi masyarakat
Aceh pada umumnya. Tanggal tersebut selain bermakna resistensi atau perlawanan
rakyat melawan negara, juga sebuah kenangan buruk, betapa negara begitu
semena-mena terhadap rakyatnya.
Karenanya, saban tahun—meski tak rutin karena kondisi Aceh tak selalu kondusif untuk mengenang tragedi—warga Aceh Utara khususnya para korban tragedi Simpang KKA memperingatinya.
Lihat Videonya:
Sekedar
merawat ingatan, Senin, 3 Mei 1999 atau 17 tahun silam, banyak darah berceceran
di sekitar simpang PT KKA. Jeritan dan tangisan para korban memecah telinga
siapa saja yang pernah mendengar. Saat itu, harga peluru tentara begitu
murahnya, karena bisa dihambur-hamburkan dengan sangat mudah. Setelah itu,
puluhan mayat dan ratusan korban tergelatak, ada yang sudah kaku, banyak juga
yang masih bernyawa sambil merintih, yang lainnya berlarian seperti dikejar air
tsunami, mencari tempat yang bisa dijadikan tempat berlindung.
Saat tragedi itu, korban luka-luka tak terhitung. Hanya data yang dikumpulkan oleh Tim Pencari Fakta (TPF) Aceh Utara menyebutkan 115 orang mengalami luka parah, sementara 40 orang lainnya meninggal dunia. Dari jumlah itu, ada 6 orang masih sangat kanak-kanak, termasuk Saddam Husein (7 tahun) menjadi korban kebuasan aparat negara.
Sementara data yang dikeluarkan Koalisi NGO HAM Aceh, menyebutkan sekitar 46 orangmeninggal (dua orang meninggal ketika menjalani perawatan di RSUZA Banda Aceh), sebanyak 156 mengalami luka tembak, dan 10 orang hilang dalam insiden tersebut.
Saat tragedi itu, korban luka-luka tak terhitung. Hanya data yang dikumpulkan oleh Tim Pencari Fakta (TPF) Aceh Utara menyebutkan 115 orang mengalami luka parah, sementara 40 orang lainnya meninggal dunia. Dari jumlah itu, ada 6 orang masih sangat kanak-kanak, termasuk Saddam Husein (7 tahun) menjadi korban kebuasan aparat negara.
Sementara data yang dikeluarkan Koalisi NGO HAM Aceh, menyebutkan sekitar 46 orangmeninggal (dua orang meninggal ketika menjalani perawatan di RSUZA Banda Aceh), sebanyak 156 mengalami luka tembak, dan 10 orang hilang dalam insiden tersebut.
Warga Dewantara berlarian ketika TNI menembaki warga |
Jamal sendiri mengaku, saat tragedi itu,
tubuh-tubuh warga yang kena tembakan jatuh menindihnya. Dengan sisa tenaga yang
ada, mayat-mayat diambil dan diletakkan di tempat yang layak. Jamal mengaku,
tak tahu harus berkata apa saat itu. Jamal, sendiri luput dari maut.Jamal
berharap Pemerintah Aceh tidak melupakan peristiwa itu. Kalau memang ini
pelanggaran HAM, pelakunya harus diadili. Karena itulah keadilan bagi korban.
Artikel Terkait:
Kronologi
Peristiwa Sebelum Kejadian
Jumat malam, 30 April 1999, Sekitar jam 20.30 WIB masyarakat Desa Cot Murong, Kecamatan Dewantara, mengadakan rapat akbar untuk memperingati 1 Muharram yang bertepatan dengan 30 April 1999. Oleh pihak keamanan, peringatan 1 Muharram yang biasa diselenggarakan oleh masyarakat Islam di manapun di seluruh Propinsi Aceh, disebut sebagai ceramah Gerakan Aceh Merdeka (GAM).
Lalu muncul kabar bahwa seorang anggota TNI dari kesatuan Den Rudal 001/Pulo Rungkom berpangkat Sersan, bernama Adityawarman, hilang saat melakukan penyusupan di tengah kegiatan ceramah (Keterangan Kapuspen TNI, nama anggotanya yang hilang itu adalah Sersan Kepala Edi, dari Den Rudal 001/Pulo Rungkom, Aceh Utara).
Tidak jelas apakah anggota TNI itu benar hilang atau terjadi berbagai kemungkinan lainnya, tetapi yang pasti tidak satupun dari penduduk yang mengetahui keberadaannya. Dan yang pasti lagi, malam itu tidak terjadi apa-apa yang berarti di Desa Cot Murong.
Jumat malam, 30 April 1999, Sekitar jam 20.30 WIB masyarakat Desa Cot Murong, Kecamatan Dewantara, mengadakan rapat akbar untuk memperingati 1 Muharram yang bertepatan dengan 30 April 1999. Oleh pihak keamanan, peringatan 1 Muharram yang biasa diselenggarakan oleh masyarakat Islam di manapun di seluruh Propinsi Aceh, disebut sebagai ceramah Gerakan Aceh Merdeka (GAM).
Lalu muncul kabar bahwa seorang anggota TNI dari kesatuan Den Rudal 001/Pulo Rungkom berpangkat Sersan, bernama Adityawarman, hilang saat melakukan penyusupan di tengah kegiatan ceramah (Keterangan Kapuspen TNI, nama anggotanya yang hilang itu adalah Sersan Kepala Edi, dari Den Rudal 001/Pulo Rungkom, Aceh Utara).
Tidak jelas apakah anggota TNI itu benar hilang atau terjadi berbagai kemungkinan lainnya, tetapi yang pasti tidak satupun dari penduduk yang mengetahui keberadaannya. Dan yang pasti lagi, malam itu tidak terjadi apa-apa yang berarti di Desa Cot Murong.
Waktu itu Sabtu Malam, 1 Mei 1999
Sebuah truk militer dari kesatuan Den Rudal 001/Pulo Rungkom berputar-putar dikawasan Desa Cot Murong dengan aktivitas yang tidak jelas, tetapi hari itu tidak terjadi apa-apa.
Waktu itu Minggu
Pagi, 2 Mei 1999
Mulai pukul
05.00 WIB pasukan Den Rudal 001/Pulo Rungkom mulai melakukan operasi di kawasan
Desa Cot Murong. Pada minggu pagi itu masyarakat sedang melakukan persiapan
pelaksanaan kenduri memberi makan untuk anak-anak yatim sehubungan dengan
pringatan 1 Muharram yang dilaksanakan sejak Jumat malam sebelumnya. Masyarakat
memotong 4 ekor lembu di halaman Masjid Al-Abror, Cot Murong.
memotong 4 ekor lembu di halaman Masjid Al-Abror, Cot Murong.
Bahkan ada warga yg sudah meniggal kena peluru |
Ketika sedang melancarkan aksinya, penduduk sempat mencatat kata-kata yang dikeluarkan para anggota TNI yaitu "AKAN KAMI TEMBAK SEMUA ORANG ACEH APABILA SEORANG ANGGOTA KAMI TIDAK DITEMUKAN".
Menyadari kondisi yang mulai mencemaskan tersebut kemudian para warga dari Desa Murong dan desa-desa tentangga seperti Desa Lancang Barat, Kecamatan Nisam dan Paloh Lada, yang terdiri dari pemuda, wanita, orang tua serta anak-anak berkumpul untuk mencegah kemungkinan penganiayaan lebih lanjut, apalagi aparat militer telah mengeluarkan ancaman yang cukup menakutkan.
Tiba-tiba, pada pukul 13.00 WIB datang lagi pasukan tambahan yang terdiri dari 7 truk anggota TNI ke lokasi kenduri. Melihat itu, masyarakat yang telah berkumpul dari berbagai penjuru Kecamatan mencoba menghadang.
Tepat pukul 14.00 WIB terjadi negosiasi (membuat perjanjian) antara masyarakat Kecamatan Dewantara dengan Danramil Kecamatan Dewantara yang diketahui pihak MUI Kecamatan, yang isinya: "TNI tidak akan datang lagi ke Desa Cot Murong dengan alasan apapun".
Saat Kejadian
Minggu malam, 2 Mei 1999. Masyarakat desa mengetahui adanya penyusupan anggota TNI antara jam 20.00 WIB sampai dinihari ke Desa Cot Murong dan Desa Lancang Barat. Bahkan penduduk pun mengetahui adanya sebuah boat yang diperkirakan milik militer berupaya untuk melakukan pendaratan di pantai Desa Cot Murong, namun batal karena terlanjur diketahui oleh warga setempat. Sampai waktu itu tidak terjadi apa-apa, namun kecemasan penduduk semakin memuncak, dan sejak saat itu mereka semua mulai berkumpul sampai Senin pagi.
Senin Pagi, 3 Mei 1999
Tepat pada pukul 09.00 WIB, 4 truk pasukan TNI datang lagi memasuki Desa Lancang Barat, desa tentangga Cot Murong. Massa rakyat yang berkumpul merasa cemas dan mulai mempersenjatai diri dengan kayu dan parang (tanpa senjata api). Lalu datang Camat Dewantara, Drs. Marzuki Amin ke Simpang KKA dan mulai melakukan negosiasi dengan aparat TNI. Aparat berkeras dan negosiasi mentok. Camat tetap berpegang kepada perjanjian terdahulu yang telah disepakati oleh masyarakat dengan Koramil Dewantara yang intinya pihak TNI tidak lagi melakukan kegiatan operasi di daerah mereka. Negosiasi itu beralangsung cukup lama. Waktu sudaah menunjukkan hampir jam 12.00 WIB.
Untuk menunjukkan kesungguhan hati dan permohonan yang sangat besar agar pasukan segera ditarik dan pihak TNI menghormati perjanjian yang telah dibuat, Camat Marzuki Amin sempat mencopot tanda jabatan dari dadanya. Tetapi malah sang Camat kemudian dipukuli oleh tentara.
Pada saat itu tiba-tiba satu truk milik TNI bergerak dan sambil berlalu, dari atas truk para tentara melempari batu ke arah masyarakat, dan masyarakat yang terpancing balas melempari batu ke atas truk. Pada saat yang hampir bersamaan juga seorang anggota tentara berlari kearah semak-semak dan masyarakat yang terpancing mengejarnya. Tiba-tiba dari arah semak itu terdengar satu letusan senjata. Letusan senjata itulah yang seperti sebuah "komando" disusul oleh rentetan serangan. Pembantaian segera dimulai. Tepat jam 12.30 WIB.
Saat Kejadian.
Satu korban tergeletak tak bernyawa lagi |
Tembakan yang dilakukan tanpa peringatan terlebih dahulu dan dengan posisi siap tempur. Tentara yang dibagian depan jongkok dan yang berada pada barisan belakang berdiri. Selain itu, tentara yang berada di atas truk juga terus melakukan tembakan sambil melakukan gerakan-gerakan tempur. Saat itu penduduk yang tidak lagi sempat lari melakukan tiarap tapi terus diberondong.
Satu satu korban masuk RSUD Lhokseumawe |
Ketika melakukan tembakan para anggota tentara itu juga berteriak-teriak. Kalimat yang paling sering diucapkan adalah "Akan kubunuh semua orang Aceh".
Dalam aksi pembantaian tersebut, 45 jiwa Tewas
di tempat, 156 lainnya Luka-luka kebanyakan karena luka tembak, dan 10
diantaranya Hilang sampai saat ini tidak tahu keberadaannya. Banyak penduduk
yang sudah tertembak dan tidak bisa lari lagi masih terus diberondong oleh
tentara dari belakang. Mereka benar-benar melakukan pembantaian seperti sebuah
pesta.
Sumber: Koalisi NGO HAM Aceh dan Atjeh Cyber Warrior
Koleksi Foto Peristiwa Lainnya:
Seorang bocah menjadi korban peluru TNI |
Setelah kejadian, warga yang selamat mengumpulkan korban luka maupun meninggal |
No comments:
Write komentar