Innalillahi Wa Innaillahi Raji'un,
KLUET RAYA | Kondisi Amran (42), yang menderita sakit kencing manis sejak lebih dari 3 tahun lalu, tidak bisa terselamatkan karena terlambat mendapatkan penanganan medis. Selama menderita sakit itu, Amran asli warga Desa Malaka, Kecamatan Kluet Tengah, Kabupaten Aceh Selatan, belum pernah mendapatkan perawatan dari rumah sakit karena ketiadaan biaya pengobatan. Hanya sekali ke Rumah Sakit Tapaktuan, dua tahun lalu. Itupun hanya untuk memeriksakan kadar gula darahnya. Tidak bisa berobat karena tidak ada uang buat bayar rumah sakit.
Kondisi Amran, yang telah menderita sakit bertahun-tahun tanpa penanganan dari pihak terkait itu, diketahui saat Anggota DPD RI asal Aceh, Fachrul Razi, MIP, yang didampingi Ketua Umum PPWI, Wilson Lalengke, menjenguk yang bersangkutan atas permintaan adiknya Sutrisno, kemarin Kamis, 22 Desember 2016.
baca: 3 Tahun Terbaring Tanpa Perawatan Medis,Eks GAM Aceh Selatan ini Tak Dihirau oleh Panglima
Namun nasib berkata lain, Amran harus menemui ajalnya menghadap Sang Khaliq, Senin (26/12/2016), karena kondisinya sudah sangat memburuk, tubuhnya tinggal tulang berbungkus kulit.
Saat LintasAtjeh.com menghubungi sang adik, Sutrisno melalui telepon selularnya mengungkapkan bahwa abangnya, Amran sudah dipanggil menghadap Illahi dan hari ini sudah dikebumikan.
"Iya abang saya meninggal hari ini dan sudah dikebumikan. Mungkin inilah yang terbaik bagi abang atas sakitnya karena ketiadaan biaya untuk mendapatkan pengobatan," kisah Sutrisno.
Sutrisno juga menyampaikan permohonan maaf kepada siapapun, apabila selama hidup abangnya ada kesalahan dan mohon doanya agar dilapangkan kuburnya.
Selain itu, Sutrisno juga menceritakan bahwasanya memang benar abangnya Amran bukan seorang mantan kombatan GAM. Tapi saat konflik melanda Aceh, Amran merupakan salah satu DPO dan menjadi buron aparat keamanan.
"Karena ayah kami, Hamzah saat konflik merupakan salah satu anggota GAM. Demikian juga salah satu abangnya yang lain, Sukardi Is yang sering disapa Adi juga merupakan anggota GAM Sagoe Kluet Tengah," terangnya.
Kata dia, kalau memang ada yang mempermasalahkan status Amran yang bukan mantan kombatan GAM. Saya juga tidak akan menyangkalnya, karena memang tidak pernah tercatat secara resmi.
"Namun dengan status ayah dan abang saya yang pernah ikut dalam perjuangan, kemudian saat ini juga ikut aktif di KPA/PA berarti kami bagian keluarga besar juga," katanya.
Saya akui, sambung Sutrisno, hanya Anggota DPD RI asal Aceh, Fachrul Razi, MIP, didampingi Ketua Umum PPWI, Wilson Lalengke yang baru menjenguk Amran. Bahkan Pangsagoe Kluet Tengah, Idrus juga tidak tahu tentang kondisi abang saya Amran.
"Saya hanya berharap, kisah ini biarlah hanya keluarga kami yang merasakannya. Jangan sampai ada rakyat Aceh lainnya mengalami hal yang sama seperti ini, ketika sakit tidak bisa berobat namun tidak ada kepedulian dari Pemerintah Daerah," pintanya.
"Jangan juga, hanya karena alasan bukan dari satu kelompok yang sama akhirnya harus mengurangi rasa peduli kita sebagai sesama," tandasnya.
Sementara itu, Wilson Lalengke selaku Ketua Umum PPWI (Persatuan Pewarta Warga Indonesia) dari Jakarta yang sempat menjenguk Amran mengucapkan duka cita yang mendalam karena tidak bisa berbuat banyak agar Amran mendapatkan pengobatan medis.
"Saya menyesal dan turut prihatin karena pemerintah daerah tidak bisa hadir kepada rakyatnya yang miskin dan sakit parah. Jangankan membantu memberikan pengobatan, hadir saja tidak bisa!" sesalnya.
"Semoga kedepan tidak ada lagi kisah Amran-Amran lain yang bernasib sama. Jangan kita khususnya keluarga besar, sejawat dan lingkungan sekitar mati rasa pedulinya terhadap sesama. Jangan lagi pemerintah daerah cuek terhadap rakyatnya," ujar pria peraih gelar Master of Science (M.Sc.) dari The University of Birmingham - England dalam bidang Global Ethics (Etika Global) ini.
Sumber; Lintas.Aceh
KLUET RAYA | Kondisi Amran (42), yang menderita sakit kencing manis sejak lebih dari 3 tahun lalu, tidak bisa terselamatkan karena terlambat mendapatkan penanganan medis. Selama menderita sakit itu, Amran asli warga Desa Malaka, Kecamatan Kluet Tengah, Kabupaten Aceh Selatan, belum pernah mendapatkan perawatan dari rumah sakit karena ketiadaan biaya pengobatan. Hanya sekali ke Rumah Sakit Tapaktuan, dua tahun lalu. Itupun hanya untuk memeriksakan kadar gula darahnya. Tidak bisa berobat karena tidak ada uang buat bayar rumah sakit.
Amran, Warga Kluet Tengah Akhirnya Meninggal Dunia Setelah 3 Tahun Sakit |
Kondisi Amran, yang telah menderita sakit bertahun-tahun tanpa penanganan dari pihak terkait itu, diketahui saat Anggota DPD RI asal Aceh, Fachrul Razi, MIP, yang didampingi Ketua Umum PPWI, Wilson Lalengke, menjenguk yang bersangkutan atas permintaan adiknya Sutrisno, kemarin Kamis, 22 Desember 2016.
baca: 3 Tahun Terbaring Tanpa Perawatan Medis,Eks GAM Aceh Selatan ini Tak Dihirau oleh Panglima
Namun nasib berkata lain, Amran harus menemui ajalnya menghadap Sang Khaliq, Senin (26/12/2016), karena kondisinya sudah sangat memburuk, tubuhnya tinggal tulang berbungkus kulit.
Saat LintasAtjeh.com menghubungi sang adik, Sutrisno melalui telepon selularnya mengungkapkan bahwa abangnya, Amran sudah dipanggil menghadap Illahi dan hari ini sudah dikebumikan.
"Iya abang saya meninggal hari ini dan sudah dikebumikan. Mungkin inilah yang terbaik bagi abang atas sakitnya karena ketiadaan biaya untuk mendapatkan pengobatan," kisah Sutrisno.
Sutrisno juga menyampaikan permohonan maaf kepada siapapun, apabila selama hidup abangnya ada kesalahan dan mohon doanya agar dilapangkan kuburnya.
Selain itu, Sutrisno juga menceritakan bahwasanya memang benar abangnya Amran bukan seorang mantan kombatan GAM. Tapi saat konflik melanda Aceh, Amran merupakan salah satu DPO dan menjadi buron aparat keamanan.
"Karena ayah kami, Hamzah saat konflik merupakan salah satu anggota GAM. Demikian juga salah satu abangnya yang lain, Sukardi Is yang sering disapa Adi juga merupakan anggota GAM Sagoe Kluet Tengah," terangnya.
Kata dia, kalau memang ada yang mempermasalahkan status Amran yang bukan mantan kombatan GAM. Saya juga tidak akan menyangkalnya, karena memang tidak pernah tercatat secara resmi.
"Namun dengan status ayah dan abang saya yang pernah ikut dalam perjuangan, kemudian saat ini juga ikut aktif di KPA/PA berarti kami bagian keluarga besar juga," katanya.
Saya akui, sambung Sutrisno, hanya Anggota DPD RI asal Aceh, Fachrul Razi, MIP, didampingi Ketua Umum PPWI, Wilson Lalengke yang baru menjenguk Amran. Bahkan Pangsagoe Kluet Tengah, Idrus juga tidak tahu tentang kondisi abang saya Amran.
"Saya hanya berharap, kisah ini biarlah hanya keluarga kami yang merasakannya. Jangan sampai ada rakyat Aceh lainnya mengalami hal yang sama seperti ini, ketika sakit tidak bisa berobat namun tidak ada kepedulian dari Pemerintah Daerah," pintanya.
"Jangan juga, hanya karena alasan bukan dari satu kelompok yang sama akhirnya harus mengurangi rasa peduli kita sebagai sesama," tandasnya.
Sementara itu, Wilson Lalengke selaku Ketua Umum PPWI (Persatuan Pewarta Warga Indonesia) dari Jakarta yang sempat menjenguk Amran mengucapkan duka cita yang mendalam karena tidak bisa berbuat banyak agar Amran mendapatkan pengobatan medis.
"Saya menyesal dan turut prihatin karena pemerintah daerah tidak bisa hadir kepada rakyatnya yang miskin dan sakit parah. Jangankan membantu memberikan pengobatan, hadir saja tidak bisa!" sesalnya.
"Semoga kedepan tidak ada lagi kisah Amran-Amran lain yang bernasib sama. Jangan kita khususnya keluarga besar, sejawat dan lingkungan sekitar mati rasa pedulinya terhadap sesama. Jangan lagi pemerintah daerah cuek terhadap rakyatnya," ujar pria peraih gelar Master of Science (M.Sc.) dari The University of Birmingham - England dalam bidang Global Ethics (Etika Global) ini.
Sumber; Lintas.Aceh
No comments:
Write komentar