Makam Panglima GAM Pertama di Rancung
Komplek kuburan Rancung |
Suasana terasa sangat nyaman dan jauh dari kesan angker.
Ada juga bangunan kecil di sisi kanan. Bangunan ini diperuntukan untuk
tempat berteduh penjaga makam.
“Makam Teungku Yusuf Ali yang ada bendera putih itu,” kata Syahkubat, 46
tahun, warga Blang Mameh, yang menjadi penjaga kuburan Rancung, kepada
mediaaceh.co yang berkunjung ke lokasi tersebut, Rabu 17 Februari 2016.
Syahkubat saat itu menunjuk ke arah kuburan yang berjarak sekitar 15 meter
dari lokasi kami berdiri. Kuburan Teungku Yusuf Ali sendiri telah dipugar dengan baik. Sekelilingnya
dipasang keramik berwarna putih. Namun tak nama yang tercantum di makam itu.
“Dulu ada. Namun diukuran batu tertulis bahwa Teungku Yusuf Ali meninggal
tahun 1994. Salah. Makanya dicopot dan dibawa kembali ke Banda Aceh,” ujar
Syahkubat.Kuburan Teungku Yusuf Ali dikelilingi kuburan milik warga Rancung
lainnya. Maklum, komplek kuburan Rancung merupakan kuburan umum.
++++
Teungku M Yusuf Ali, lebih dikenal dengan nama Usop Ali. Ia lahir di kabupaten
Aceh Utara, tahun 1945. Pang Yusuf adalah tokoh pejuang GAM. Dia pernah
menjabat sebagai Panglima GAM wilayah Pase. Biarpun berstatus sebagai Panglima GAM Pase. Namun ia juga memimpin
pemberontakan untuk seluruh Aceh. Ini karena pada awal-awal perlawanan GAM,
pemberontakan lebih dipusatkan di 3 kabupaten, seperti Aceh Timur, Aceh Utara,
dan Pidie.
Makam Yusuf Ali |
Konon, saat mayat Teungku Yusuf Ali di bawah dari Krueng Gunci dengan
menggunakan kendaraan TNI, seluruh personil TNI memberi hormat ala militer.
Ini karena, Yusuf Ali merupakan orang yang sangat dicari kala itu. Sosok
Yusuf Ali begitu disegani oleh lawan maupun anggotanya.
+++
Menurut Syahkubat, makam Teungku Yusuf Ali selalu ramai setiap hari hari
bersejarah bagi mantan kombatan GAM.
“Setiap Milad GAM dan hari hari bersejarah lainnya, makam ini selalu
dipenuhi oleh anggota KPA. Kebanyakan berdoa untuk almarhum,” ujar Syahkubat.
“Pembangunan komplek ini juga atas bantuan dari para mantan kombatan GAM.
Dari jalan hingga pemugaran kuburan,” katanya lagi.
Sedangkan kalau di hari-hari biasa, kata Syahkubat, hanya dikunjungi oleh
warga dari luar.
“Biasanya singgah untuk berdoa dan melihat kuburan panglima GAM pertama di
Aceh,” ujarnya lagi. []
Mengenang Almarhum Pang Rahman di Paloh
KUBURAN itu terletak di sisi kanan masjid. Tepatnya, masjid simpang Paloh,
Kabupaten Aceh Utara. Lokasi ini berdekatan dengan jalan lintas Banda Aceh-Medan. Kendaraan roda
dua dan empat hilir mudik. Suara raungan mesin kendaraan membuat suasana
sekitar makam menjadi bising.
Makam Tgk. Abdurrahman Yahya atau Rahman Paloh, Panglima GAM. |
“Nyoe makam Teungku Rahman Paloh. Panglima GAM yang kedua. Banyak orang
yang tidak tahu akan hal ini,” ujar Syahrul, 32 tahun, warga sekitar kepada
mediaaceh.co.
Di nisan tertulis, Abdurrahman lahir 1966 di Paloh. Gugur 24-3-1997 di Mon
Kala Kandang.
Ya, di sanalah Teungku Abdurrahman Paloh dikebumikan.
+++
NAMA aslinya Abdulrahman Yahya. Konon Teungku Rahman, begitu sosok ini
dipanggil ketika hidup, merupakan eks Tripoli. Teungku menjadi panglima GAM
dari 1992 hingga 1997.
Ia menjabat usai Teungku Yusuf Ali meninggal. Sama seperti Teungku Yusuf
Ali, Teungku Rahman banyak dikenal sebagai Panglima GAM wilayah Pase. Padahal,
dia juga bertindak sebagai panglima GAM untuk Aceh saat itu. Kondisi ini karena pusat pemberontakan GAM saat itu masih berlangsung di
tiga daerah, seperti Aceh Timur, Pase dan Pidie.
“Teungku Rahman itu tinggi besar dan tegap. Ia sangat santun dan mudah
bergaul dengan siapa saja,” ujar Syukri Paloh, mantan kombatan GAM, kepada
mediaaceh.co.
Menurut Syukri, Teungku Rahman gugur dalam pengepungan TNI pada 24 Maret
1997 di Mon Kala Kandang, Aceh Utara.
Ada dua orang tentara GAM yang bersama Teungku Rahman Paloh saat
pengepungan tersebut. Mereka adalah Abdul Salam dan Nizar Muhammad alias Wakdan
atau Nek Dan.
Teungku Rahman Paloh meninggal usai kontak tembak selama 3 jam dengan TNI.
Mereka saat itu bersenjata AK-47.
“Awak drokeuh kaminah laju. Lon memang hana lee uroe nyoe,” kata Syukri
mengutip kata-kata terakhir Teungku Rahman Paloh sebelum meninggal. Cerita ini
disampaikan Nek Dan kepada para mantan kombatan GAM saat Aceh masih berkonflik.
“Meunyoe hana kaminah. Kutembak ciet awak kah,” kata Syukri mengutip
perkataan Teungku Rahman Paloh lagi.
Keduanya kemudian meninggalkan lokasi tadi. Naas bagi Abdul Salam, dia
pulang ke rumah dan tertembak TNI. Sedangkan Nizar Muhammad atau Nek Dan masih
hidup hingga sekarang.
+++
Menurut Syahrul, keberadaan makam Teungku Rahman merupakan simbol
perlawanan masyarakat Paloh.
“Ini juga bukti kegigihan perlawanan masyarakat Paloh terhadap
ketidakadilan pemerintah pusat saat itu,” ujarnya.
Setelah GAM berdamai dengan RI, katanya, makam Teungku Rahman kian ramai
dikunjungi, terutama saat hari-hari bersejarah. “Kalau milad selalu ramai.
Mantan kombatan datang berdoa. Kalau hari-hari biasa hanya satu dua,” ujarnya.
[]
Sumber: mediaaceh
Sumber: mediaaceh
No comments:
Write komentar