Saturday, March 19, 2016

Menziarahi Makam Panglima GAM

Makam Panglima GAM Pertama di Rancung


Komplek kuburan Rancung
GAPURA itu berwarna putih dan bertuliskan Kuburan Rancung. Pintunya terbuat dari teralis besi. Pengunjung hanya perlu memindahkan besi kecil yang difungsikan sebagai pengait untuk membuka pintu gerbang. Memasuki komplek kuburan, ada jalan setapak yang sudah dicor dengan semen. Di kiri kanan jalan, hamparan rumput berwarna hijau terlihat tertata dengan baik. Perpohonan tumbuh dengan rimbun di tiap sudut.
Suasana terasa sangat nyaman dan jauh dari kesan angker.

Ada juga bangunan kecil di sisi kanan. Bangunan ini diperuntukan untuk tempat berteduh penjaga makam.

“Makam Teungku Yusuf Ali yang ada bendera putih itu,” kata Syahkubat, 46 tahun, warga Blang Mameh, yang menjadi penjaga kuburan Rancung, kepada mediaaceh.co yang berkunjung ke lokasi tersebut, Rabu 17 Februari 2016.

Syahkubat saat itu menunjuk ke arah kuburan yang berjarak sekitar 15 meter dari lokasi kami berdiri. Kuburan Teungku Yusuf Ali sendiri telah dipugar dengan baik. Sekelilingnya dipasang keramik berwarna putih. Namun tak nama yang tercantum di makam itu.

“Dulu ada. Namun diukuran batu tertulis bahwa Teungku Yusuf Ali meninggal tahun 1994. Salah. Makanya dicopot dan dibawa kembali ke Banda Aceh,” ujar Syahkubat.Kuburan Teungku Yusuf Ali dikelilingi kuburan milik warga Rancung lainnya. Maklum, komplek kuburan Rancung merupakan kuburan umum.

++++

Teungku M Yusuf Ali, lebih dikenal dengan nama Usop Ali. Ia lahir di kabupaten Aceh Utara, tahun 1945. Pang Yusuf adalah tokoh pejuang GAM. Dia pernah menjabat sebagai Panglima GAM wilayah Pase. Biarpun berstatus sebagai Panglima GAM Pase. Namun ia juga memimpin pemberontakan untuk seluruh Aceh. Ini karena pada awal-awal perlawanan GAM, pemberontakan lebih dipusatkan di 3 kabupaten, seperti Aceh Timur, Aceh Utara, dan Pidie.
 
Makam Yusuf Ali
Teungku Yusuf Ali meninggal di Krueng Gunci, Peusangan, Aceh Utara, Aceh, 28 Desember 1991. Ia meninggal dalam kontak tembak dengan TNI.
Konon, saat mayat Teungku Yusuf Ali di bawah dari Krueng Gunci dengan menggunakan kendaraan TNI, seluruh personil TNI memberi hormat ala militer.
Ini karena, Yusuf Ali merupakan orang yang sangat dicari kala itu. Sosok Yusuf Ali begitu disegani oleh lawan maupun anggotanya.

+++

Menurut Syahkubat, makam Teungku Yusuf Ali selalu ramai setiap hari hari bersejarah bagi mantan kombatan GAM.

“Setiap Milad GAM dan hari hari bersejarah lainnya, makam ini selalu dipenuhi oleh anggota KPA. Kebanyakan berdoa untuk almarhum,” ujar Syahkubat.
“Pembangunan komplek ini juga atas bantuan dari para mantan kombatan GAM. Dari jalan hingga pemugaran kuburan,” katanya lagi.
Sedangkan kalau di hari-hari biasa, kata Syahkubat, hanya dikunjungi oleh warga dari luar.
“Biasanya singgah untuk berdoa dan melihat kuburan panglima GAM pertama di Aceh,” ujarnya lagi. []


Mengenang Almarhum Pang Rahman di Paloh

KUBURAN itu terletak di sisi kanan masjid. Tepatnya, masjid simpang Paloh, Kabupaten Aceh Utara. Lokasi ini berdekatan dengan jalan lintas Banda Aceh-Medan. Kendaraan roda dua dan empat hilir mudik. Suara raungan mesin kendaraan membuat suasana sekitar makam menjadi bising.

Makam Tgk. Abdurrahman Yahya atau Rahman Paloh, Panglima GAM.
Ada kain putih yang mulai menghitam akibat terkena rembesan air hujan di atas makam. Kainnya mulai lusuh akibat dimakan usia. Kain tersebut terikat pada bangunan yang berfungsi sebagai penutup makam. Dua pria terlihat sedang berdoa saat mediaaceh.co mengunjungi makam tersebut, Rabu sore, 17 Februari 2016.

“Nyoe makam Teungku Rahman Paloh. Panglima GAM yang kedua. Banyak orang yang tidak tahu akan hal ini,” ujar Syahrul, 32 tahun, warga sekitar kepada mediaaceh.co.
Di nisan tertulis, Abdurrahman lahir 1966 di Paloh. Gugur 24-3-1997 di Mon Kala Kandang.
Ya, di sanalah Teungku Abdurrahman Paloh dikebumikan.

+++

NAMA aslinya Abdulrahman Yahya. Konon Teungku Rahman, begitu sosok ini dipanggil ketika hidup, merupakan eks Tripoli. Teungku menjadi panglima GAM dari 1992 hingga 1997.

Ia menjabat usai Teungku Yusuf Ali meninggal. Sama seperti Teungku Yusuf Ali, Teungku Rahman banyak dikenal sebagai Panglima GAM wilayah Pase. Padahal, dia juga bertindak sebagai panglima GAM untuk Aceh saat itu. Kondisi ini karena pusat pemberontakan GAM saat itu masih berlangsung di tiga daerah, seperti Aceh Timur, Pase dan Pidie.

“Teungku Rahman itu tinggi besar dan tegap. Ia sangat santun dan mudah bergaul dengan siapa saja,” ujar Syukri Paloh, mantan kombatan GAM, kepada mediaaceh.co.
Menurut Syukri, Teungku Rahman gugur dalam pengepungan TNI pada 24 Maret 1997 di Mon Kala Kandang, Aceh Utara.

Ada dua orang tentara GAM yang bersama Teungku Rahman Paloh saat pengepungan tersebut. Mereka adalah Abdul Salam dan Nizar Muhammad alias Wakdan atau Nek Dan.
Teungku Rahman Paloh meninggal usai kontak tembak selama 3 jam dengan TNI. Mereka saat itu bersenjata AK-47.

“Awak drokeuh kaminah laju. Lon memang hana lee uroe nyoe,” kata Syukri mengutip kata-kata terakhir Teungku Rahman Paloh sebelum meninggal. Cerita ini disampaikan Nek Dan kepada para mantan kombatan GAM saat Aceh masih berkonflik.
“Meunyoe hana kaminah. Kutembak ciet awak kah,” kata Syukri mengutip perkataan Teungku Rahman Paloh lagi.

Keduanya kemudian meninggalkan lokasi tadi. Naas bagi Abdul Salam, dia pulang ke rumah dan tertembak TNI. Sedangkan Nizar Muhammad atau Nek Dan masih hidup hingga sekarang.

+++

Menurut Syahrul, keberadaan makam Teungku Rahman merupakan simbol perlawanan masyarakat Paloh.

“Ini juga bukti kegigihan perlawanan masyarakat Paloh terhadap ketidakadilan pemerintah pusat saat itu,” ujarnya.

Setelah GAM berdamai dengan RI, katanya, makam Teungku Rahman kian ramai dikunjungi, terutama saat hari-hari bersejarah. “Kalau milad selalu ramai. Mantan kombatan datang berdoa. Kalau hari-hari biasa hanya satu dua,” ujarnya. []

Sumber: mediaaceh

No comments:
Write komentar