Wednesday, March 23, 2016

Kemiskinan, Sepelemparan Batu dari Istana Bupati Abdya

Rizwan warga Dusun Kuta Kuala, Gampong Keude Baro, Kecamatan Kuala Batee, Aceh Barat Daya. Foto: Julida Fisma
Rizwan warga Dusun Kuta 
Kuala, Gampong Keude Baro, Kecamatan Kuala Batee, 
Aceh Barat Daya. Foto: Julida Fisma
aceh.abad.com - HUJAN baru saja reda saat jarum jam menujukkan pukul 9.40 WIB. Pagi itu, Ahad pekan lalu, pandangan kami, sejumlah wartawan, tertuju pada bocah kecil dan kurus berambut ikal. Kulitnya hitam terbakar matahari. Dia memikul karung beras. Sama lusuhnya dengan pakaian yang dikenakannya. 
Belakangan saya ketahui nama bocah itu adalah Rizwan. Umurnya 16 tahun. Namun tinggi badannya tak seperti anak seumurannya. Kepada kami, dia mengatakan tak lagi bersekolah karena ayahnya lumpuh. Mereka menetap di Dusun Kuta Kuala, Gampong Keude Baro, Kecamatan Kuala Batee. 10 menit berkendara dari Pendopo Bupati Aceh Barat Daya. 

Dia bahkan tak bisa menamatkan pendidikan di tingkat menengah pertama karena kesulitan uang. “Ayah lumpuh, jadi tidak ada yang membiayai,” kata Rizwan, tanpa intonasi. 

Sebagai anak paling tua, Rizwan mengambil alih fungsi orang tuanya. Ibunya meninggal dunia lima tahun lalu. Tak ada yang bisa dimintai pertolongan. Mereka seperti hidup sendirian, tak tersentuh. 

Namun anak ini tak menyerah. Dia rela bekerja demi sedikit upah untuk membeli beras dan jajan adik-adiknya, Riska Mawardah dan Nurozah. Menjalani kehidupan ganda ini dijalani sejak ibunya tak ada dan sang ayah mulai sakit-sakitan. 

Keluarga ini menetap di rumah sangat sederhana--kalau tak mau dikatakan tak layak--yang tak lebih besar dari kandang sapi. Rumah berdinding papan dan beratap rumbia. Hampir tak ada bantuan yang diterimanya. “Yang memotret sering. Tapi tak ada bantuan,” kata Rizwan. Saya tak mau berandai-andai. Apalagi menuduh pemerintah tak beres. 

No comments:
Write komentar