Friday, March 25, 2016

Bachtiar Ali Merasa Malu Ketika Ditanya Dimana Bekas Kesultanan Aceh Darussalam

Bachtiar Ali Malu Ketika Ditanya Dimana Tapak Kerajaan Aceh Darussalam
BANDA ACEH - Ketua Forbes DPR/DPD RI asal Aceh Prof. Dr. Bachtiar Ali, MA, mengaku malu pada saat ditanyakan dimana peninggalan sejarah Sultan Iskandar Muda yang megah itu. "Saya tidak dapat menjawab. Paling hanya bisa menunjukkan Gunongan," ujar Bachtiar Ali seperti disampaikan kepada Tim Mapesa di Neusu, Banda Aceh, Rabu, 23 Maret 2016 lalu.
Ketua Forum Bersama Anggota DPR/DPD RI Asal Aceh, Prof. Dr. Bachtiar Ali, MA, dalam acara pertemuan dan bincang santai bersama Masyarakat Peduli Sejarah Aceh (Mapesa) di De Tamboe Coffee, Neusu, Banda Aceh, pada Rabu malam, 23 Maret 2016. @Mapesa
 
Dia turut prihatin dengan minimnya bukti-bukti sejarah Aceh yang terungkap. Bachtiar Ali turut mencontohkan kerajaan Siak yang memiliki bukti peninggalan sejarah berupa rumah atau istana Raja Siak.
"Ternate juga memiliki bukti seperti itu. Lantas, Aceh yang dipimpin oleh para sultan dan sultanah yang hebat-hebat di mana buktinya?" ujar Guru Besar llmu Komunikasi yang juga anggota Dewan Perwakilan Rakyat RI asal Aceh ini seperti rilis yang dikirim Mapesa kepada portalsatu.com, Jumat, 25 Maret 2016.
Bachtiar mengatakan hal ini adalah persoalan yang ironis. Aceh tidak lagi mempunyai bangunan fisik dan bukti-bukti kebesaran lainnya.
"Yang sudah ada saja kita telantarkan, apalagi yang masih harus ditemukan. Maka mengherankan bagi saya, mengapa pihak pemerintah daerah dan instansi-instansi negara yang terkait kepurbakalaan bersikap kurang peduli," kata Bachtiar.
Meskipun Bachtiar di DPR RI tidak berada di komisi yang membidangi bagian budaya atau situs purbakala, tetapi mengaku senang dengan sejarah. Menurutnya yang terpenting dari sejarah itu adalah makna dari berbagai peristiwa sejarah.
"Sejarah itu mengajarkan kearifan yang mengarahkan kepada kita, mana perbuatan yang mesti kita lakukan dan mana perbuatan yang harus ditinggalkan. Maka secara otomatis, memahami sejarah akan meningkatkan kualitas hidup kita," ujar Bachtiar.
Dia mengungkapkan Aceh memiliki anggaran yang besar. Untuk itu sangat perlu digagas terbentuknya sebuah pusat informasi yang dapat mengelola berbagai peninggalan sejarahnya dengan baik.
"Begitu banyak peninggalan sejarah Aceh dan begitu gemarnya orang-orang kita berbicara tentang kehebatan masa lalu Aceh. Tapi ketika orang-orang dari luar Aceh berkunjung dan melihat wajah ibukota Kerajaan Aceh Darussalam, maka mereka menjadi heran, sebab kehebatan yang sering dibincangkan itu tidak dapat disaksikan lewat bukti-buktinya. Malah yang dijumpai itu suasana yang jauh dari cerita-cerita kehebatan masa lalu Aceh," kata Bactiar Ali.

No comments:
Write komentar