Thursday, April 9, 2015

Beginilah Wujud Pesawat Pertama Indonesia Sumbangan Rakyat Aceh

Sejarah langit Indonesia mempunyai satu kisah yang mengawali segalanya. Adalah pesawat pertama Republik Indonesia dengan kode Dakota R-001 Seulawah yang disumbang masyarakat Aceh dalam rangka mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1948. Seulawah dalam bahasa Aceh memiliki arti Gunung Emas.


Wujud Pesawat Pertama Indonesia Sumbangan Rakyat Aceh

Pesawat itu kini masih ada dan diabadikan di tiga tempat berbeda. Salah satunya di Taman Mini Indonesia Indah, tepatnya di anjungan Provinsi Aceh. Selengkapnya Pesawat Dakota RI-001 Seulawah via kebudayaan.kemdikbud.go.id.



Monumen pesawat Dakota RI-001 Seulawah di Lapangan Blang Padang, Aceh dan diresmikan oleh Panglima ABRI Jenderal L.B, pada 30 Juli 1984 via travel.detik.com




Pesawat Seulawah Dakota RI-001 ini mempunyai dua mesin yaitu Pratt dan Whitney. Bobot pesawat 8.030 kilogram, panjang badan pesawat 19,66 meter dan panjang sayap 28,96 meter dan memiliki kecepatan 346 kilometer per jam via bandaacehtourism.com




Pesawat Seulawah RI-001 berada di Taman Mini Indonesia Indonesia sejak tahun 1975 via maskomuter.files.wordpress.com



Dana terkumpul dari masyarakat Aceh pada 20 Juni 1948. Saat itu Presiden Soekarno mengakhiri kunjungan di Aceh dengan menerima total sumbangan 120 ribu dolar Singapura (kini bernilai Rp1,1 miliar) dan 20 kilogram emas. Sumbangan itu berasal dari kantong pribadi masyarakat Aceh.



Tiga replika pesawat Dakota RI-001 berada di tiga tempat berbeda. Pertama di TMII Jakarta, kedua di Lapangan Blang Padang, Aceh, dan ketiga di Museum Ranggon, Myanmar via kebudayaan.kemdikbud.go.id



Dakota RI-001 dianggap berjasa bagi Myanmar (dahulu bernama Birma) karena telah menjadi pesawat angkut setelah dikomersilkan pada tahun 1949 kepada Pemerintah Birma. Saat itu Birma mengalami konflik pemberontakan dalam negeri via kebudayaan.kemdikbud.go.id



Pesawat ini berbekal radio pemancar dengan tanda panggil-SMN. Alhasil, pemancar bisa meneruskan berita dari Indonesia ke seluruh dunia via kebudayaan.kemdikbud.go.id

No comments:
Write komentar