KALAU tidak aral melintang, hari ini, Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz al-Saud dan rombongan tiba di Jakarta, dalam rangkaian lawatannya selama sembilan hari di Indonesia. Raja Salman menjadi raja Arab Saudi kedua yang berkunjung ke Indonesia setelah kakaknya, Raja Faisal bin Abdulaziz al-Saud pada 10 Juni 1970 atau 47 tahun silam.
Setidaknya selama hampir dua pekan terakhir, rencana kunjungan Raja Arab Saudi ke-7 itu ke Indonesia, sudah gencar diberitakan oleh berbagai media di Tanah Air, termasuk Serambi Indonesia. Dalam kunjungan bersejarah ini, Raja Salman didampingi oleh 10 menteri, 25 pangeran, bersama 1.500 pengusaha Arab Saudi.
Rombongan dalam jumlah besar itu dibawa dengan tujuh pesawat Boeing 737-800, belum termasuk pesawat kargo yang mengangkut sejumlah properti yang akan dipakai oleh Raja berusia 81 tahun itu selama berada di Indonesia. Di antaranya ada dua unit mobil dinas kerajaan, meja, kursi, tangga berjalan dan lain-lain.
Terlepas dari berbagai properti dan sarana pendukung tersebut, apa sesungguhnya tujuan kunjungan Raja Salman dan rombongan besarnya itu ke Indonesia? Di samping mempererat hubungan bilateral kedua negera, kunjungan Raja Salman ini juga untuk merealisasikan rencana investasi Arab Saudi senilai Rp 300 triliun lebih di sektor energi dan pariwisata di Indonesia.
Selama ini, investasi Arab Saudi di Indonesia masih sangat kecil. Berdasarkan catatan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), investasi Arab Saudi di Indonesia pada 2016 lalu masih berada di deretan bawah dibandingkan dengan negara-negara lainnya.
Selama 2016 lalu, investasi Arab Saudi ke Indonesia hanya sebesar 900 ribu dolar AS melalui 44 proyek di Indonesia. Jumlah ini jauh tertinggal bila dibandingkan dengan Singapura yang memimpin negara penanam modal dengan realisasi investasi mencapai 9,17 miliar dolar AS.
Posisi realisasi investasi Arab Saudi tersebut berada di urutan ke-57, di bawah Afrika Selatan, yang menanamkan modalnya sebesar 1 juta dolar AS dan Mali yang mampu menginvestasikan 1,1 juta dolar AS. Dengan investasi yang akan direalisasikan seiring dengan kunjungan Raja Salman ini, tentu akan terjadi kenaikan yang cukup signifikan.
Terkait investasi di sektor pariwisata, konon pihak kerajaan Arab Saudi tertarik mengembangkan kawasan wisata terpadu di wilayah Sumatera Barat dan Bangka Belitung. Mengapa kedua daerah tersebut yang disasar dari rencana investasi Arab Saudi tersebut. Mengapa tidak Aceh?
Dari segi agama dan budaya, kita memahami bahwa masyarakat Sumatera Barat tergolong sebagai penganut Islam yang taat. Jika ini pertimbangannya, tentunya Aceh sebagai satu-satunya provinsi yang sudah menerapkan syariat Islam, lebih tepat untuk menjadi sasaran dari investasi Arab Saudi itu sebagai satu destinasi wisata religi. Terlebih belakangan Aceh juga mendapat predikat juara untuk jenis wisata halal.
Meski demikian, dalam persoalan ini kita tidak sepatutnya berkecil hati. Sebab bukan tidak mungkin dalam implementasi dan perjalanannya nanti, pihak kerjaan Arab Saudi juga akan melirik Aceh. Oleh karena itu, kunjungan Raja Salman dan rombongan kali ini, meski tidak sampai ke Aceh, kelak akan punya arti dan hikmahnya bagi kita. Semoga! [Serambi Indonesia]
1 comment:
Write komentar