Sejarah Lahir
Jenderal TNI Gatot Nurmantyo (lahir di Tegal, Jawa Tengah, 13 Maret 1960; umur 56 tahun) adalah Panglima Tentara Nasional Indonesia yang resmi menjabat sejak 8 Juli 2015[1]. Sebelumnya, Gatot merupakan Kepala Staf TNI Angkatan Darat ke-30 yang mulai menjabat sejak tanggal 25 Juli 2014 setelah ditunjuk oleh Presiden SBY untuk menggantikan Jenderal TNI Budiman.
[2][3][4][5] Ia sebelumnya juga pernah menjabat sebagai Pangkostrad menggantikan Letjen TNI Muhammad Munir. Pada Juni 2015, ia diajukan oleh Presiden Jokowi sebagai calon Panglima TNI, menggantikan Jenderal Moeldoko yang tengah masuk waktu purna baktinya[6]. Gatot Nurmantyo merupakan lulusan Akademi Militer tahun 1982 yang berpengalaman di kecabangan infanteri baret hijau Kostrad. Gatot pernah menjadi Komandan Kodiklat TNI-AD,[7] Pangdam V/Brawijaya dan Gubernur Akmil. Selain itu, Gatot juga adalah Ketua Umum PB FORKI periode 2014-2018.[8]
Asal Keluarga
Asal usul ayahnya berasal dari Solo dan ibunya dari Cilacap. Gatot dibesarkan dari keluarga yang berlatar militer pejuang sangat kental. Ayah Gatot, bernama Suwantyo, seorang pejuang kemerdekaan yang pernah menjadi Tentara Pelajar. Di masa perang kemerdekaan ayahnya bertugas di bawah komando Jenderal Gatot Subroto. Dari nama tokoh militer kharismatik itulah, ayahnya kemudian memberi nama anaknya “Gatot”.
Jenderal TNI Gatot Nurmantyo |
Ayah Gatot pensiun dengan pangkat terakhir Letnal Kolonel Infanteri dan tugas terakhir sebagai Kepala Kesehatan Jasmani di Kodam XIII/Merdeka, Sulawesi Utara. Sedangkan ibunda Gatot, anak seorang Kepala Pertamina di Cilacap, memiliki tiga orang kakak kandung yang mengabdi sebagai prajurit TNI AD, TNI-AL dan TNI-AU.
Karena anak tentara, sejak kecil Gatot hidup berpindah-pindah. Setelah dari Tegal, ia pindah ke.Cimahi, Jawa Barat, hingga kelas 1 Sekolah Dasar. Setelah itu ia pindah Cilacap sampai kelas 2 SMP. Lalu ia pindah ke Solo hingga tamat SMA.
Sejarah Awal Gatot Muda Masuk TNI
Sebenarnya Gatot ingin menjadi arsitek. Makanya ia mendaftar ke Universitas Gadjah Mada (UGM). Tapi mengetahui anaknya mau masuk l UGM, ibundanya berpesan: “Ayahmu hanya seorang pensiunan. Kalau kamu masuk UGM, maka adik-adikmu bisa tidak sekolah.”
Mendengar hal tersebut, Gatot berubah haluan. Diam-diam dia berangkat ke Semarang, mendaftar Akabri melalui Kodam Diponegoro. Sekembalinya dari Semarang, ia memberitahu ibunya bahwa ia sudah mendaftar ke Akabri. Ibunya langsung mengizinkan dengan pesan, “Jika kamu menjadi tentara, kamu harus menjadi anggota RPKAD.”
Menurut Gatot, ibunya terobsesi anaknya menjadi anggota RPKAD karena rumah orang tua ibunya dekat dengan markas RPKAD di Cilacap.
Setelah lulus Akabri 1982, Gatot berusaha masuk menjadi anggota Kopassus (nama baru RPKAD). Tapi dalam usaha pertama ia tidak diterima. Pada kesempatan berikutnya, setelah berpangkat Kapten, saat bertugas di Pusat Latihan Tempur di Baturaja, Sumsel, ia kembali mendaftar masuk Kopassus. Kembali tidak diterima.
Sebenarnya kesempatan tersebut sudah habis. Tapi Gatot tidak pernah menyerah. Ia terus berdoa kepada Allah SWT agar suatu hari bisa diterima menjadi prajurit Kopassus.
Kesempatan itu akhirnya datang setelah ia menjabat KSAD (25 Juli 2014–15 Juli 2015). Tak lama setelah pelantikan, Gatot memanggil Danjen Kopassus Mayjen TNI Agus Sutomo dan menyampaikan maksudnya ingin mendaftar pendidikan Kopassus. Tapi Agus Sutomo menyampaikan, “Tidak usah ikut pendidikan Pak, nanti Bapak saya kasih brevet kehormatan saja”. Tapi Gatot menolak. Ia bersikukuh mau mendapat baret merah melalui jalur normal. Maka masuklah Gatot menjadi siswa Kopassus.
Jenderal TNI Gatot Nurmantyo |
Ia mengikuti semua prosedur normal, mulai dari pendaftaran, ujian, hingga penyematan brevet komando dan baret di pantai Cilacap. Untuk itu, ia harus melalui ujian yang keras, antara lain senam jam 2 pagi, lalu direndam di kolam suci Kopassus di Batujajar. Kemudian longmarch, hingga berenang militer selama lebih 2 jam dari pantai Cilacap ke pulau Nusakambangan. Bahkan Gatot juga mengikuti pendidikan Sandi Yudha yang salah satu ujiannya harus menyusup masuk ke suatu tempat yang terkunci dan dikawal ketat oleh prajurit Kopassus. Ia lolos mulus.
Gatot akhirnya diyatakan lulus semua tahapan dan resmi diangkat menjadi keluarga besar Korps Baret Merah di pantai Permisan Cilacap, Jawa Tengah, pada 2 September 2014. Tidak seperti “brevet kehormatan” Kopassus yang disematkan di dada sebelah kiri penerimanya, brevet pasukan komando tersebut disematkan di dada sebelah kanan Gatot, sebagai tanda ia menerimanya melalui prosedur selayaknya yang harus dilalui setiap prajurit Kopassus.
Setelah resmi menjadi prajurit Kopassus, Gatot naik helikopter dari Cilacap ke Kartosuro (Markas Grup 2 Kopassus). Masih berbaret merah, pakai loreng, darah mengalir, masih pakai hitam-hitam samaran dan masih bau lumpur, ia langsung menuju makam kedua orang tuanya di Solo.
Di depan makam kedua orang tuanya itu ia memberi hormat dan menyampaikan, ”Ibu saya sudah menunaikan tugas.” Dan itu terjadi saat Gatot berusia 55 tahun.
JENDRAL MUSLIM PRO RAKYAT CINTA NKRI
1 comment:
Write komentar