Perselisihan berkendara di Jalan Sutomo Pematangsiantar berujung pada penghinaan oleh anggota DPRD Siantar Robby Tambunan kepada Roma Br Pardosi.“Kalau saya salah tadi, kreta baru pun hari ini ibu minta, bisa saya ganti. Nyawa ibu pun bisa saya bayar 5 ikat (baca : juta) hari ini.” Itulah kalimat penghinaan yang dilontarkan oleh Robby Tambunan, seperti yang diceritakan Roma Br Pardosi kepada wartawan, Senin (4/4).
Roma menerangkan, peristiwa itu bermula
saat mobil yang yang dikendarai anggota Komisi III DPRD Siantar ini
bersenggolan dengan sepedamotor yang dikendarai Roma Br Pardosi di Jalan
Sutomo, Minggu (3/4) sekitar pukul 20.30 WIB.
“Saat itu saya dari RSU Djasamen
Saragih menuju ke rumah. Tiba-tiba di depan Kafe Evoni (sekitar 500
meter), dia belok kiri mau parkir. Saya berada di sebelah kirinya,
sama-sama datang dari arah bawah beriringan.
Entah siapa yang salah, saya kurang
tahu. Mobilnya pake lampu sen apa tidak, aku nggak tau. Tapi katanya
samaku dia pakai (lampu) sen. Kulihat mobilnya memang waktu itu masih
menyala, tapi nggak hidup kulihat lampu sennya. Malam itu saya jatuh dan
luka,” terangnya.
Saat itu Robby Tambunan justru memaksa
Roma mengganti rugi kaca spion mobilnya seharga Rp2.500.000. Namun, Roma
yang saat itu seorang diri mengatakan bahwa permintaan anggota DPRD
dari PKPI itu tidak bisa disanggupi.
“Dimintanya ganti rugi spionnya.
Katanya harganya Rp2,5 juta. Katanya mobil mewah ini dan spionnya mahal.
Saya bilang, saya tidak punya uang sebanyak itu, yang ada hanya Rp500
ribu. Itupun saya harus pulang dulu ke rumah untuk mengambilnya dan itu
pun uang sekolah anakku. Terus, dia minta SIM atau KTP-ku. Kalau nggak,
kreta-ku ditahan,” jelas Roma.
Bahkan, saat itu Robby melontarkan
kalimat yang dianggap saat menyakiti Roma. “Yang saya tidak terima,
kalimatnya itu bikin sakit hati. Kata dia, ‘kalau memang saya salah,
saya akan lari tadi. Ini kan saya tidak salah. Kalau perlu, saya tahan
kreta ini.
Kalau saya salah tadi, kreta baru pun
hari ini ibu minta, bisa saya ganti. Nyawa ibu pun bisa saya bayar 5
ikat (baca: juta) hari ini’. Memang kami orang miskin, tapi janganlah
dibilangnya begitu. Sakit kali hatiku mendengarnya,” ujar korban
menceritakan kejadian itu sembari meneteskan air mata.
Menurut warga Jalan Malanthon Siregar,
Kecamatan Siantar Selatan ini, selama satu setengah jam dia berada dalam
posisi tersudutkan atas desakan Robby Tambunan yang saat itu ditemani
seorang wanita, untuk membayar ganti rugi kerusahakan spion mobilnya.
Di tengah perdebatan itu, salah seorang
warga yang mengenal Roma berhenti di lokasi itu, kemudian dia pergi
untuk memberitahukan masalah tersebut kepada suami dan abang korban
sekitar pukul 22.00 WIB. Namun setibanya di lokasi kejadian, Robby masih
tetap meminta ganti rugi. Padahal, saat itu Roma dalam kondisi terluka.
“Kenapa harus begitu dia selaku anggota
dewan. Harusnya kalau aku memang salah, nggak kayak gitulah caranya.
Lagian juga, belum tentu aku yang salah. Bahasanya yang bilang 5 ikat
itunya yang bikin aku sakit hati,” ungkapnya.
Suami korban, Marulam Simarmata, juga
tidak menyangka diperlakukan begini oleh seorang anggota DPRD yang
dipilih rakyat. “Sampai di lokasi pun, ia masih ngotot bicara soal bayar
ganti rugi. Seharusnya, bawa dulu berobat.
Kalau persoalannya kan bisa
diselesaikan baik-baik dan bila perlu panggil polisi. Lagipula, yang
memastikan itu salah atau tidak, biarlah polisi. Jangan gitu main hakim
sendiri.
“Merasa sudah angota dewan, terus
berikap sok hebat? Sudah saya sampaikan bahwa saya tidak akan kabur.
Bahkan saya sudah sampaikan diamana saya bekerja. Kami berdebat sedikit,
tapi arogan sekali dia. Akhirnya kubilang bawa saja ke rumah sakit
dulu, nantilah itu soal itu,” kata pria yang merupakan Kepala Biro
(Kabiro) Humas Universitas Simalungun (USI) tersebut.
Lagi-lagi, keinginan anggota oknum DPRD
ini untuk mendapatkan ganti rugi masih terus berlanjut. Setelah Roma
diobati oleh dokter jaga malam RSUD Djasamen, Robby bersama temanya ikut
menyusul ke rumah sakit, sekitar 30 menit kemudian.
Dan, Robby Tambunan bersama temannya
masih berusaha negosiasi soal harga yang harus dibayar sebagai ganti
rugi. “Dia sama temannya masih datang meminta uang ganti rugi itu.
Akhirnya, karena aku kesal, kubilang tak sepeser pun kukasih,” ujarnya.
Karena Marulam mengatakan tak akan
memberikan apa-apa, akhirnya Robby bersama temannya masuk ke mobil. Tak
lama berselang, Marulam yang sedang duduk dengan salah seorang wartawan
didatangi teman Robby dan meminta maaf.
“Karena dia lihat aku sama wartawan
lagi duduk, terus dibilangnya, ‘sudahlah, Pak, tak usah dipanjangi.
Minta maaflah kami’. Langsung pergilah orang itu,” sebutnya.
Wartawan kemudian mengonfirmasi hal ini
kepada Robby Tambunan. Namun, Robby malah bertanya darimana wartawan
mendapatkan nomor telepon selularnya. “Siapa ini? Ujarnya kepada
wartawan koran ini. “Darimana abang dapat nomorku?” ujarnya lagi sembari
menutup telepon.
Dan, kedua kalinya dihubungi, pria
berpostur tinggi ini tetap bertanya soal darimana nomor telepon
selularnya didapat wartawan. Namun, ia tak juga bersedia menjawab
konfirmasi METRO SIANTAR (Grup Posmetro Medan).
Terima kasih telah berkunjung di Blog kami! Setelah Anda membaca artikel ini mohon tinggalkan komentar dan jika ingin membagikan atau menyalin isi artikel ini jangan lupa meletakkan sumber link blog http://acehabad.blogspot.com. TERIMA KASIH!
No comments:
Write komentar