Komplek dayah Mudi Mesra Samalangan |
MUDI MESRA Adalah sebuah pesantren
atau dalam istilah orang aceh disebut dengan Dayah, yang terletak didesa Mideun
Jok Kemukiman Mesjid Raya kecamatan Samalanga, Kabupaten Bireun. Dayah ini
telah berdiri sejak zaman Sultan Iskandar Muda dayah ini terus berkembang dan
saat ini menjadi dayah terbesar di Aceh. Saat ini dayah MUDI Mesra berada di
bawah pimpinan Syekh Hasanul Basri HG ( Abu MUDI) dengan jumlah santri lebih
kurang 6000 orang.
IDENTITAS DAYAH MUDI MESRA
Sejarah Berdirinya Pesantren MUDI
Mesra.
Lembaga Pendidikan Islam Ma`hadal
Ulum Diniyah Islamiyah (MUDI) Mesjid Raya berlokasi di desa Mideun Jok
Kemukiman Mesjid Raya, Kecamatan Samalanga, Kabupaten Bireuen Provinsi Nanggroe
Aceh Darussalam (NAD), tepatnya di sebelah barat kota industri Lhokseumawe
kira-kira 100 km.
Abu Mudi, Pimpinan dayah Mudi Mesra sekarang |
Dayah ini telah didirikan
seiring dengan pembangunan Mesjid Raya pada masa Sultan Iskandar Muda.
Asrama Putri Mudi Mesra |
Pimpinan dayah yang pertama dikenal
dengan nama Faqeh Abdul Ghani. Namun yang sangat disayangkan khazanah ini tidak
dicatat oleh sejarah sampai tahun berapa beliau memimpin lembaga pendidikan
Islam ini dan siapa penggantinya kemudian.Barulah pada tahun 1927, dijumpai
secara jelas catatan sejarah yang meriwayatkan perjalanan para pimpinan dayah
ini. Dari tahun ini dayah dipimpin oleh Al-Mukarram Tgk H. Syihabuddin Bin
Idris dengan para santri pada masa itu berjumlah 100 orang putera dan 50 orang
puteri. Mereka diasuh oleh 5 orang tenaga penganjar lelaki dan 2 orang guru
putreri. Sesuai dengan kondisi zaman pada masa itu bangunan asrama tempat
menampung para santri merupakan dari barak-barak darurat yang dibangun dari
batang bambu dan rumbia.
Setelah Tgk. H. Syihabuddin Bin
Idris wafat (1935) sepeninggalnya beliau Dayah dipimpin oleh adik ipar beliau
yaitu Al-Mukarram Tgk. H. Hanafiah Bin Abbas atau lebih dikenal dengan gelar
Tgk Abi. Jumlah pelajar pada masa kepemimpinan beliau sedikit meningkat menjadi
150 orang putera dan 50 orang puteri.
Kondisi pisik bangunan asrama dan balai
pengajian tidak berbeda dengan yang ada pada masa kepemimpinan Allah yarham
Tgk. H. Syihabuddin Bin Idris. Di mana pada masa itu bangunan asrama masih
berbentuk barak-barak darurat. Dalam masa kepemimpinan beliau, pimpinan Dayah
pernah diperbantukan kepada Tgk. M. Shaleh selama 2 tahun ketika beliau
berangkat ke Makkah untuk menjalankan ibadah haji dan menambah ilmu
pengetahuannya.
Pintu gerbang putra dayah MUDI |
Setelah Allah yarham Tgk. H.
Hanafiah wafat pada masa 1964 pesantren tersebut dipimpin oleh salah seorang
menantu beliau yaitu Tgk. H. Abdul Aziz Bin Tgk. M. Shaleh. Al -Mukarram yang
digelar dengan Abon ini adalah murid dari Abuya Muda Wali pimpinan Dayah
Bustanul Muhaqqiqien Darussalam Labuhan Haji Aceh Selatan.
Potret dari atas, ribuan santri memadati halaman dayah |
Semenjak kepemimpinan beliaulah,
Pesantren tersebut terus bertambah muridnya, terutama dari Aceh dan Sumatera
dan dari segi pembangunanpun mulai diadakan perubahan dari barak-barak darurat
kepada asrama semi permanen berlantai 2 dan asrama permanen berlantai 3. Untuk
pelajar puteri dibangun asrama berlantai 2 yang dapat menampung 150 orang di
lantai atas sedangkan di lantai bawah digunakan untuk musalla.
Setelah Tgk. H. Abdul `Aziz Bin M.
Shaleh wafat (1989) melalui hasil kesepakatan para Alumni dan masyarakat, Dayah
tersebut dipimpin oleh salah seorang menantunya yaitu Tgk. H. Hasanoel Bashry
Bin H. Gadeng. Beliau adalah lulusanDayah itu sendiri. Di masa kepemimpinan
beliau Dayah tersebut semakin berkembang. Dari jumlah pelajar bertambah dengan
pesat, baik dari dalam maupun dari luar Provinsi Aceh, yang sa`at ini sudah
mencapai kurang lebih 5000 orang santriwan dan santriwati.
STAI AL-AZIZIAH
Kampus STAI Al Aziziyah |
Mahsiswi STAI Al Aziziyah |
Anda tau gedung apa ini?yupzz,ini gedung
perkuliahan, kebanyakan yang kuliah disini dari kalangan santri, ibarat
"sambil nyelam minum air "sambil nyantri jadi mahasiswa, semuanya
bisa Belajar Ilmu Agama dn Ilmu Umum juga sekarang di Dayah Mudi Mesra
Samalanga.
Mengenal Tradisi Nikah Massal Guru Dayah MUDI Mesra
Sebanyak 24 pasang guru Ma'hadul
Ulum Diniyah Islamiyah Masjid Raya (MUDI Mesra) Samalanga, Bireuen, Rabu
(13/8/2014) menikah massal di Masjid Poteu Meuruhom, kompleks dayah (pesantren)
tersebut, disaksikan para wali, ratusan santri, dan undangan lainnya.
Acara ijab qabul pernikahan massal di dayah |
Mereka dinikahkan Syeikh H Hasanoel
Basri HG, akrab disapa Abu Mudi” Prosesi nikah massal itu menjadi perhatian
banyak orang, salah satunya datang dari Lhokseumawe, Bireuen, dan Banda Aceh.
Pengantin pria (linto baro) duduk
berjejer di hadapan Abu Mudi. Satu persatu bergeser ke sisi kanan untuk
berjabat tangan dengan Abu Mudi yang duduk di depan meja nikah. Sedangkan
pengantin wanita tidak ada di masjid itu.
Dimulai pukul 07.30 WIB, prosesi
tersebut diawali dengan pembacaan ayat suci Alquran. Dilanjutkan dengan
penyerahan mahar dari linto baro kepada pihak dara baro (pengantian wanita)
yang diwakili para walinya.
Seusai penyerahan mahar disaksikan
para wali, saksi akad nikah, dan petugas Kantor Urusan Agama (KUA) Samalanga,
acara dilanjutkan dengan tausiah untuk mempelai pria, disampaikan Tgk H Helmi
Imran, guru senior di tempat itu.
Ke-24 linto baro memakai baju putih,
peci hitam, dan kain sarung. Mereka duduk berjejer menghadap Abu Mudi yang
bertindak sebagai wakil dari wali para pengantin wanita.
Satu per satu linto baro bergeser
untuk dijabat tangannya oleh Abu Mudi, lalu mengucapkan ijab kabul.
Begitu seterusnya, sampai ke-24 linto baro tersebut mengucapkan ijab kabul yang
disaksikan para undangan.
Setelah proses ini berlangsung, Abu Mudi bangun
dari duduknya. Tangannya mengapit wadah kecil berisi air. Air itu kemudian dia
percikkan ke dada pengantin pria satu per satu. Setelah itu, para wali
menandatangani berita acara akad nikah.
Di sela-sela salaman dengan ratusan undangan, Abu
Mudi mengatakan kepada Serambi bahwa akad nikah massal sudah sering dilakukan
di dayah itu, tapi jumlahnya di bawah sepuluh pasangan. Baru kali ini seramai
itu. Mereka yang menikah massal itu adalah para guru pengajian di dayah putra
dan putri, karena saling tertarik akhirnya sepakat menikah.
Sedangkan proses administrasinya tetap dilaksanakan
di KUA Samalanga,
sedangkan di dayah hanya tempat akad nikahnya saja. "Mereka mengambil
berkah menikah di dayah. Selain itu akan menghabiskan banyak waktu apabila saya
menghadiri pernikahan mereka di tempat tinggal masing-masing. Disepakatilah
mereka menikah di tempat ini," kata Abu Mudi.
Di akhir acara, para calon pengantin pria
dipeusijuk (ditepungtawari) yang diiringi lantunan salawat nabi oleh para
undangan. Setelah itu, para linto baro pun dengan wajah sumringah bergerak
menuju kediaman pasangannya masing-masing.
Sumber:
MUDI MESRA Adalah
sebuah pesantren atau dalam istilah orang aceh disebut dengan Dayah,
yang terletak didesa Mideun Jok Kemukiman Mesjid Raya kecamatan
Samalanga, Kabupaten Bireun..Dayah ini telah berdiri sejak zaman Sultan
Iskandar Muda dayah ini terus berkembang dan saat ini menjadi dayah
terbesar di Aceh. Saat ini dayah MUDI Mesra berada di bawah pimpinan
Syekh Hasanul Basri HG ( Abu MUDI) dengan jumlah santri lebih kurang
6000 orang.
1.IDENTITAS DAYAH MUDI MESRA
a. Sejarah Berdirinya Pesantren MUDI Mesra.Lembaga Pendidikan Islam
Ma`hadal Ulum Diniyah Islamiyah (MUDI) Mesjid Raya berlokasi di desa
Mideun Jok Kemukiman Mesjid Raya, Kecamatan Samalanga, Kabupaten Bireuen
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), tepatnya di sebelah barat kota
industri Lhokseumawe kira-kira 100 km.
(Note: pintu gerbang komplek putra)
Dayah ini telah didirikan seiring dengan pembangunan Mesjid Raya pada
masa Sultan Iskandar Muda. Pimpinan dayah yang pertama dikenal dengan
nama Faqeh Abdul Ghani. Namun yang sangat disayangkan khazanah ini tidak
dicatat oleh sejarah sampai tahun berapa beliau memimpin lembaga
pendidikan Islam ini dan siapa penggantinya kemudian.Barulah pada tahun
1927, dijumpai secara jelas catatan sejarah yang meriwayatkan perjalanan
para pimpinan dayah ini.
Dari tahun ini dayah dipimpin oleh Al-Mukarram Tgk H. Syihabuddin Bin
Idris dengan para santri pada masa itu berjumlah 100 orang putera dan 50
orang puteri. Mereka diasuh oleh 5 orang tenaga penganjar lelaki dan 2
orang guru putreri.
(Note:Tgk. H. Hanafiah Bin Abbas)
Sesuai dengan kondisi zaman pada masa itu bangunan asrama tempat
menampung para santri merupakan dari barak-barak darurat yang dibangun
dari batang bambu dan rumbia. Setelah Tgk. H. Syihabuddin Bin Idris
wafat (1935) sepeninggalnya beliau Dayah dipimpin oleh adik ipar beliau
yaitu Al-Mukarram Tgk. H. Hanafiah Bin Abbas atau lebih dikenal dengan
gelar Tgk Abi. Jumlah pelajar pada masa kepemimpinan beliau sedikit
meningkat menjadi 150 orang putera dan 50 orang puteri. Kondisi pisik
bangunan asrama dan balai pengajian tidak berbeda dengan yang ada pada
masa kepemimpinan Allah yarham Tgk. H. Syihabuddin Bin Idris.
Di mana pada masa itu bangunan asrama masih berbentuk barak-barak
darurat. Dalam masa kepemimpinan beliau, pimpinan Dayah pernah
diperbantukan kepada Tgk. M. Shaleh selama 2 tahun ketika beliau
berangkat ke Makkah untuk menjalankan ibadah haji dan menambah ilmu
pengetahuannya.
(Note: Tgk. H. Abdul Aziz Bin
Tgk. M. Shaleh)
Setelah Allah yarham Tgk. H. Hanafiah wafat pada masa 1964 pesantren
tersebut dipimpin oleh salah seorang menantu beliau yaitu Tgk. H. Abdul
Aziz Bin Tgk. M. Shaleh. Al -Mukarram yang digelar dengan Abon ini
adalah murid dari Abuya Muda Wali pimpinan Dayah Bustanul Muhaqqiqien
Darussalam Labuhan Haji Aceh Selatan. Semenjak kepemimpinan beliaulah,
Pesantren tersebut terus bertambah muridnya, terutama dari Aceh dan
Sumatera dan dari segi pembangunanpun mulai diadakan perubahan dari
barak-barak darurat kepada asrama semi permanen berlantai 2 dan asrama
permanen berlantai 3. Untuk pelajar puteri dibangun asrama berlantai 2
yang dapat menampung 150 orang di lantai atas sedangkan di lantai bawah
digunakan untuk musalla.
(Note: foto Abu MUDI)
Setelah Tgk. H. Abdul `Aziz Bin M. Shaleh wafat (1989) melalui hasil
kesepakatan para Alumni dan masyarakat, Dayah tersebut dipimpin oleh
salah seorang menantunya yaitu Tgk. H. Hasanoel Bashry Bin H. Gadeng.
Beliau adalah lulusanDayah itu sendiri. Di masa kepemimpinan beliau
Dayah tersebut semakin berkembang. Dari jumlah pelajar bertambah dengan
pesat, baik dari dalam maupun dari luar Provinsi Aceh, yang sa`at ini
sudah mencapai kurang lebih 5000 orang santriwan dan santriwati.
2.STAI AL-AZIZIAH
(Note:Gedung Campus Stai Al-Aziziyah)
Anda tau gedung apa ini?yupzz,ini gedung perkuliahan, kebanyakan yang
kuliah disini dari kalangan santri, ibarat "sambil nyelam minum air
"sambil nyantri jadi mahasiswa, semuanya bisa Belajar Ilmu Agama dn Ilmu
Umum juga sekarang di Dayah Mudi Mesra Samalanga.
Source: http://aneuknanggroe007.blogspot.co.id/2014/09/profil-dayah-mudi-mesra-samalanga.html
diambil dari Artikel Blog Wadah Information, Syukran.
Source: http://aneuknanggroe007.blogspot.co.id/2014/09/profil-dayah-mudi-mesra-samalanga.html
diambil dari Artikel Blog Wadah Information, Syukran.
MUDI MESRA Adalah
sebuah pesantren atau dalam istilah orang aceh disebut dengan Dayah,
yang terletak didesa Mideun Jok Kemukiman Mesjid Raya kecamatan
Samalanga, Kabupaten Bireun..Dayah ini telah berdiri sejak zaman Sultan
Iskandar Muda dayah ini terus berkembang dan saat ini menjadi dayah
terbesar di Aceh. Saat ini dayah MUDI Mesra berada di bawah pimpinan
Syekh Hasanul Basri HG ( Abu MUDI) dengan jumlah santri lebih kurang
6000 orang.
1.IDENTITAS DAYAH MUDI MESRA
a. Sejarah Berdirinya Pesantren MUDI Mesra.Lembaga Pendidikan Islam
Ma`hadal Ulum Diniyah Islamiyah (MUDI) Mesjid Raya berlokasi di desa
Mideun Jok Kemukiman Mesjid Raya, Kecamatan Samalanga, Kabupaten Bireuen
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), tepatnya di sebelah barat kota
industri Lhokseumawe kira-kira 100 km.
(Note: pintu gerbang komplek putra)
Dayah ini telah didirikan seiring dengan pembangunan Mesjid Raya pada
masa Sultan Iskandar Muda. Pimpinan dayah yang pertama dikenal dengan
nama Faqeh Abdul Ghani. Namun yang sangat disayangkan khazanah ini tidak
dicatat oleh sejarah sampai tahun berapa beliau memimpin lembaga
pendidikan Islam ini dan siapa penggantinya kemudian.Barulah pada tahun
1927, dijumpai secara jelas catatan sejarah yang meriwayatkan perjalanan
para pimpinan dayah ini.
Dari tahun ini dayah dipimpin oleh Al-Mukarram Tgk H. Syihabuddin Bin
Idris dengan para santri pada masa itu berjumlah 100 orang putera dan 50
orang puteri. Mereka diasuh oleh 5 orang tenaga penganjar lelaki dan 2
orang guru putreri.
(Note:Tgk. H. Hanafiah Bin Abbas)
Sesuai dengan kondisi zaman pada masa itu bangunan asrama tempat
menampung para santri merupakan dari barak-barak darurat yang dibangun
dari batang bambu dan rumbia. Setelah Tgk. H. Syihabuddin Bin Idris
wafat (1935) sepeninggalnya beliau Dayah dipimpin oleh adik ipar beliau
yaitu Al-Mukarram Tgk. H. Hanafiah Bin Abbas atau lebih dikenal dengan
gelar Tgk Abi. Jumlah pelajar pada masa kepemimpinan beliau sedikit
meningkat menjadi 150 orang putera dan 50 orang puteri. Kondisi pisik
bangunan asrama dan balai pengajian tidak berbeda dengan yang ada pada
masa kepemimpinan Allah yarham Tgk. H. Syihabuddin Bin Idris.
Di mana pada masa itu bangunan asrama masih berbentuk barak-barak
darurat. Dalam masa kepemimpinan beliau, pimpinan Dayah pernah
diperbantukan kepada Tgk. M. Shaleh selama 2 tahun ketika beliau
berangkat ke Makkah untuk menjalankan ibadah haji dan menambah ilmu
pengetahuannya.
(Note: Tgk. H. Abdul Aziz Bin
Tgk. M. Shaleh)
Setelah Allah yarham Tgk. H. Hanafiah wafat pada masa 1964 pesantren
tersebut dipimpin oleh salah seorang menantu beliau yaitu Tgk. H. Abdul
Aziz Bin Tgk. M. Shaleh. Al -Mukarram yang digelar dengan Abon ini
adalah murid dari Abuya Muda Wali pimpinan Dayah Bustanul Muhaqqiqien
Darussalam Labuhan Haji Aceh Selatan. Semenjak kepemimpinan beliaulah,
Pesantren tersebut terus bertambah muridnya, terutama dari Aceh dan
Sumatera dan dari segi pembangunanpun mulai diadakan perubahan dari
barak-barak darurat kepada asrama semi permanen berlantai 2 dan asrama
permanen berlantai 3. Untuk pelajar puteri dibangun asrama berlantai 2
yang dapat menampung 150 orang di lantai atas sedangkan di lantai bawah
digunakan untuk musalla.
(Note: foto Abu MUDI)
Setelah Tgk. H. Abdul `Aziz Bin M. Shaleh wafat (1989) melalui hasil
kesepakatan para Alumni dan masyarakat, Dayah tersebut dipimpin oleh
salah seorang menantunya yaitu Tgk. H. Hasanoel Bashry Bin H. Gadeng.
Beliau adalah lulusanDayah itu sendiri. Di masa kepemimpinan beliau
Dayah tersebut semakin berkembang. Dari jumlah pelajar bertambah dengan
pesat, baik dari dalam maupun dari luar Provinsi Aceh, yang sa`at ini
sudah mencapai kurang lebih 5000 orang santriwan dan santriwati.
2.STAI AL-AZIZIAH
(Note:Gedung Campus Stai Al-Aziziyah)
Anda tau gedung apa ini?yupzz,ini gedung perkuliahan, kebanyakan yang
kuliah disini dari kalangan santri, ibarat "sambil nyelam minum air
"sambil nyantri jadi mahasiswa, semuanya bisa Belajar Ilmu Agama dn Ilmu
Umum juga sekarang di Dayah Mudi Mesra Samalanga.
Source: http://aneuknanggroe007.blogspot.co.id/2014/09/profil-dayah-mudi-mesra-samalanga.html
diambil dari Artikel Blog Wadah Information, Syukran.
Source: http://aneuknanggroe007.blogspot.co.id/2014/09/profil-dayah-mudi-mesra-samalanga.html
diambil dari Artikel Blog Wadah Information, Syukran.
Profil Dayah Mudi Mesra
Samalanga Kab.Bireun NAD
MARWAZI 1 Profil Dayah Mudi Mesra Samalanga
MUDI MESRA Adalah sebuah pesantren atau dalam istilah orang aceh disebut
dengan Dayah, yang terletak didesa Mideun Jok Kemukiman Mesjid Raya
kecamatan Samalanga, Kabupaten Bireun..Dayah ini telah berdiri sejak
zaman Sultan Iskandar Muda dayah ini terus berkembang dan saat ini
menjadi dayah terbesar di Aceh. Saat ini dayah MUDI Mesra berada di
bawah pimpinan Syekh Hasanul Basri HG ( Abu MUDI) dengan jumlah santri
lebih kurang 6000 orang.
1.IDENTITAS DAYAH MUDI MESRA
a. Sejarah Berdirinya Pesantren MUDI Mesra.Lembaga Pendidikan Islam
Ma`hadal Ulum Diniyah Islamiyah (MUDI) Mesjid Raya berlokasi di desa
Mideun Jok Kemukiman Mesjid Raya, Kecamatan Samalanga, Kabupaten Bireuen
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), tepatnya di sebelah barat kota
industri Lhokseumawe kira-kira 100 km.
(Note: pintu gerbang komplek putra)
Dayah ini telah didirikan seiring dengan pembangunan Mesjid Raya pada
masa Sultan Iskandar Muda. Pimpinan dayah yang pertama dikenal dengan
nama Faqeh Abdul Ghani. Namun yang sangat disayangkan khazanah ini tidak
dicatat oleh sejarah sampai tahun berapa beliau memimpin lembaga
pendidikan Islam ini dan siapa penggantinya kemudian.Barulah pada tahun
1927, dijumpai secara jelas catatan sejarah yang meriwayatkan perjalanan
para pimpinan dayah ini.
Dari tahun ini dayah dipimpin oleh Al-Mukarram Tgk H. Syihabuddin Bin
Idris dengan para santri pada masa itu berjumlah 100 orang putera dan 50
orang puteri. Mereka diasuh oleh 5 orang tenaga penganjar lelaki dan 2
orang guru putreri.
(Note:Tgk. H. Hanafiah Bin Abbas)
Sesuai dengan kondisi zaman pada masa itu bangunan asrama tempat
menampung para santri merupakan dari barak-barak darurat yang dibangun
dari batang bambu dan rumbia. Setelah Tgk. H. Syihabuddin Bin Idris
wafat (1935) sepeninggalnya beliau Dayah dipimpin oleh adik ipar beliau
yaitu Al-Mukarram Tgk. H. Hanafiah Bin Abbas atau lebih dikenal dengan
gelar Tgk Abi. Jumlah pelajar pada masa kepemimpinan beliau sedikit
meningkat menjadi 150 orang putera dan 50 orang puteri. Kondisi pisik
bangunan asrama dan balai pengajian tidak berbeda dengan yang ada pada
masa kepemimpinan Allah yarham Tgk. H. Syihabuddin Bin Idris.
Di mana pada masa itu bangunan asrama masih berbentuk barak-barak
darurat. Dalam masa kepemimpinan beliau, pimpinan Dayah pernah
diperbantukan kepada Tgk. M. Shaleh selama 2 tahun ketika beliau
berangkat ke Makkah untuk menjalankan ibadah haji dan menambah ilmu
pengetahuannya.
(Note: Tgk. H. Abdul Aziz Bin
Tgk. M. Shaleh)
Setelah Allah yarham Tgk. H. Hanafiah wafat pada masa 1964 pesantren
tersebut dipimpin oleh salah seorang menantu beliau yaitu Tgk. H. Abdul
Aziz Bin Tgk. M. Shaleh. Al -Mukarram yang digelar dengan Abon ini
adalah murid dari Abuya Muda Wali pimpinan Dayah Bustanul Muhaqqiqien
Darussalam Labuhan Haji Aceh Selatan. Semenjak kepemimpinan beliaulah,
Pesantren tersebut terus bertambah muridnya, terutama dari Aceh dan
Sumatera dan dari segi pembangunanpun mulai diadakan perubahan dari
barak-barak darurat kepada asrama semi permanen berlantai 2 dan asrama
permanen berlantai 3. Untuk pelajar puteri dibangun asrama berlantai 2
yang dapat menampung 150 orang di lantai atas sedangkan di lantai bawah
digunakan untuk musalla.
(Note: foto Abu MUDI)
Setelah Tgk. H. Abdul `Aziz Bin M. Shaleh wafat (1989) melalui hasil
kesepakatan para Alumni dan masyarakat, Dayah tersebut dipimpin oleh
salah seorang menantunya yaitu Tgk. H. Hasanoel Bashry Bin H. Gadeng.
Beliau adalah lulusanDayah itu sendiri. Di masa kepemimpinan beliau
Dayah tersebut semakin berkembang. Dari jumlah pelajar bertambah dengan
pesat, baik dari dalam maupun dari luar Provinsi Aceh, yang sa`at ini
sudah mencapai kurang lebih 5000 orang santriwan dan santriwati.
2.STAI AL-AZIZIAH
(Note:Gedung Campus Stai Al-Aziziyah)
Anda tau gedung apa ini?yupzz,ini gedung perkuliahan, kebanyakan yang
kuliah disini dari kalangan santri, ibarat "sambil nyelam minum air
"sambil nyantri jadi mahasiswa, semuanya bisa Belajar Ilmu Agama dn Ilmu
Umum juga sekarang di Dayah Mudi Mesra Samalanga.
Source: http://aneuknanggroe007.blogspot.co.id/2014/09/profil-dayah-mudi-mesra-samalanga.html
diambil dari Artikel Blog Wadah Information, Syukran.d
Source: http://aneuknanggroe007.blogspot.co.id/2014/09/profil-dayah-mudi-mesra-samalanga.html
diambil dari Artikel Blog Wadah Information, Syukran.d
Profil Dayah Mudi Mesra
Samalanga Kab.Bireun NAD
MARWAZI 1 Profil Dayah Mudi Mesra Samalanga
MUDI MESRA Adalah sebuah pesantren atau dalam istilah orang aceh disebut
dengan Dayah, yang terletak didesa Mideun Jok Kemukiman Mesjid Raya
kecamatan Samalanga, Kabupaten Bireun..Dayah ini telah berdiri sejak
zaman Sultan Iskandar Muda dayah ini terus berkembang dan saat ini
menjadi dayah terbesar di Aceh. Saat ini dayah MUDI Mesra berada di
bawah pimpinan Syekh Hasanul Basri HG ( Abu MUDI) dengan jumlah santri
lebih kurang 6000 orang.
1.IDENTITAS DAYAH MUDI MESRA
a. Sejarah Berdirinya Pesantren MUDI Mesra.Lembaga Pendidikan Islam
Ma`hadal Ulum Diniyah Islamiyah (MUDI) Mesjid Raya berlokasi di desa
Mideun Jok Kemukiman Mesjid Raya, Kecamatan Samalanga, Kabupaten Bireuen
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), tepatnya di sebelah barat kota
industri Lhokseumawe kira-kira 100 km.
(Note: pintu gerbang komplek putra)
Dayah ini telah didirikan seiring dengan pembangunan Mesjid Raya pada
masa Sultan Iskandar Muda. Pimpinan dayah yang pertama dikenal dengan
nama Faqeh Abdul Ghani. Namun yang sangat disayangkan khazanah ini tidak
dicatat oleh sejarah sampai tahun berapa beliau memimpin lembaga
pendidikan Islam ini dan siapa penggantinya kemudian.Barulah pada tahun
1927, dijumpai secara jelas catatan sejarah yang meriwayatkan perjalanan
para pimpinan dayah ini.
Dari tahun ini dayah dipimpin oleh Al-Mukarram Tgk H. Syihabuddin Bin
Idris dengan para santri pada masa itu berjumlah 100 orang putera dan 50
orang puteri. Mereka diasuh oleh 5 orang tenaga penganjar lelaki dan 2
orang guru putreri.
(Note:Tgk. H. Hanafiah Bin Abbas)
Sesuai dengan kondisi zaman pada masa itu bangunan asrama tempat
menampung para santri merupakan dari barak-barak darurat yang dibangun
dari batang bambu dan rumbia. Setelah Tgk. H. Syihabuddin Bin Idris
wafat (1935) sepeninggalnya beliau Dayah dipimpin oleh adik ipar beliau
yaitu Al-Mukarram Tgk. H. Hanafiah Bin Abbas atau lebih dikenal dengan
gelar Tgk Abi. Jumlah pelajar pada masa kepemimpinan beliau sedikit
meningkat menjadi 150 orang putera dan 50 orang puteri. Kondisi pisik
bangunan asrama dan balai pengajian tidak berbeda dengan yang ada pada
masa kepemimpinan Allah yarham Tgk. H. Syihabuddin Bin Idris.
Di mana pada masa itu bangunan asrama masih berbentuk barak-barak
darurat. Dalam masa kepemimpinan beliau, pimpinan Dayah pernah
diperbantukan kepada Tgk. M. Shaleh selama 2 tahun ketika beliau
berangkat ke Makkah untuk menjalankan ibadah haji dan menambah ilmu
pengetahuannya.
(Note: Tgk. H. Abdul Aziz Bin
Tgk. M. Shaleh)
Setelah Allah yarham Tgk. H. Hanafiah wafat pada masa 1964 pesantren
tersebut dipimpin oleh salah seorang menantu beliau yaitu Tgk. H. Abdul
Aziz Bin Tgk. M. Shaleh. Al -Mukarram yang digelar dengan Abon ini
adalah murid dari Abuya Muda Wali pimpinan Dayah Bustanul Muhaqqiqien
Darussalam Labuhan Haji Aceh Selatan. Semenjak kepemimpinan beliaulah,
Pesantren tersebut terus bertambah muridnya, terutama dari Aceh dan
Sumatera dan dari segi pembangunanpun mulai diadakan perubahan dari
barak-barak darurat kepada asrama semi permanen berlantai 2 dan asrama
permanen berlantai 3. Untuk pelajar puteri dibangun asrama berlantai 2
yang dapat menampung 150 orang di lantai atas sedangkan di lantai bawah
digunakan untuk musalla.
(Note: foto Abu MUDI)
Setelah Tgk. H. Abdul `Aziz Bin M. Shaleh wafat (1989) melalui hasil
kesepakatan para Alumni dan masyarakat, Dayah tersebut dipimpin oleh
salah seorang menantunya yaitu Tgk. H. Hasanoel Bashry Bin H. Gadeng.
Beliau adalah lulusanDayah itu sendiri. Di masa kepemimpinan beliau
Dayah tersebut semakin berkembang. Dari jumlah pelajar bertambah dengan
pesat, baik dari dalam maupun dari luar Provinsi Aceh, yang sa`at ini
sudah mencapai kurang lebih 5000 orang santriwan dan santriwati.
2.STAI AL-AZIZIAH
(Note:Gedung Campus Stai Al-Aziziyah)
Anda tau gedung apa ini?yupzz,ini gedung perkuliahan, kebanyakan yang
kuliah disini dari kalangan santri, ibarat "sambil nyelam minum air
"sambil nyantri jadi mahasiswa, semuanya bisa Belajar Ilmu Agama dn Ilmu
Umum juga sekarang di Dayah Mudi Mesra Samalanga.
Source: http://aneuknanggroe007.blogspot.co.id/2014/09/profil-dayah-mudi-mesra-samalanga.html
diambil dari Artikel Blog Wadah Information, Syukran.
Source: http://aneuknanggroe007.blogspot.co.id/2014/09/profil-dayah-mudi-mesra-samalanga.html
diambil dari Artikel Blog Wadah Information, Syukran.
No comments:
Write komentar