Informasi yang diterima AJNN, Mereka yang tingal di rumah bantuan tersebut, rata-rata dari golongan masyarakat tidak mampu. Seharusnya, mereka menjadi perioritas pemerintah di sana. Namun malah sebaliknya, mereka justru merasakan ketidakadilan.
Hasni (43) warga setempat kepada AJNN Sabtu (/3) mengaku merasa diperlakukan tidak adil, bahkan terkesan dipermainkan oleh para pemangku kebijakan di sana, kata dia sudah dua bulan ini mereka tidak menerima beras masyarakat miskin, sementara itu para warga lain di luar komplek justru memperoleh dan menikmati raskin tersebut.
”Apa bedanya kami dengan masyarakat lain, kami punya anak dan keluarga, kenapa kami tidak bisa menikmati raskin sementara yang lain bisa, seharusnya kami yang menjadi perioritas,” tuturnya sambil mengendong putra sulungnya.
Perlakuan seperti itu kata Hasni, bukan kali pertama dialami masyarakat di kompleks itu, tapi sering kali mereka rasakan. Namun, menariknya kisah yang tak menyenagkan sempat sirna diterpa agin segar beberapa bulan paska kedatangan mereka ke Kantor Camat Lembah Sabil.
Disana mereka diterima pemangku kebijakan kecamatan, saat itupun pihak kecamatan berjanji akan memperjuangkan nasib mereka untuk memperoleh raskin layaknya penduduk lainnya.
“Karena sudah tak tahan lagi, dulu kami dari ibu-ibu, pernah mendatangi kantor camat, untuk memepertanyakan masalah yang terjadi, setiba di sana, pihak kecamatan menerima kami dan saat itu berjanji akan mengurus seperti yang kami keluhkan,” kisahnya yang dibenarkan oleh warga lainya.
Ibarat air ditelan bumi, janji yang pernah disampaikan hingga kini tak kunjung terealisasi sesuai dengan harapan. sebab, puluhan KK dikompleks itu tetap saja tidak menerima raskin layaknya sejumlah masyarakat lainnya.
”Walau sudah dijanjikan juga belum ada buktinya,” imbuh ibu 5 orang anak itu.
Hal yang sama juga diakuiRuslan warga lainnya, dia bersama warga lainya sudah menyampaikan keluh kesah tentang apa yang mereka alami sekarang dan seblumnya kepada Keuchik setempat. Alhasil, audiensi tersebut belum membuahkan hasil, malah para warga dianjurkan untuk menjumpai masing-masing keuchik gampong sebelum mereka pindah.
”Kata Kechik kami belum masuk dalam data, dan dianjurkan untuk meminta kembali di gampong masing-masing, padahal saat ini kami sudah memiliki KTP di sini, bagaiman kami harus kembali ke tempat sebelumnya,” ulas Ruslan dengan nada kecewa.
Bagi masyarkat yang tinggal di kompleks perumahan kaum duafha, ungkap Ruslan, memperoleh beras raskin merupaka sebuah harapan sebab bantuan tersebut sangat berarti demi keberlangsungan hidup mereka. Karena, sebagian besar kepala keluarga di sana belum memiliki pekerjaan tetap.
No comments:
Write komentar