Saturday, April 18, 2015

Pala, Primadona Tanah Selatan

SIAPA yang tak kenal buah pala (Myristica fragrans houtt), buah (bijinya) ini memang sudah diperdagangkan sejak masa sebelum kedatangan Portugis ke Indonesia, baik oleh pedagang Arab, Cina, India dan bangsa-bangsa lainnya didunia. Buah yang satu ini memang sangat menarik, digemari dan dimanfaatkan minyaknya di seluruh dunia sejak zaman dahulu. Buah yang memiliki aroma khas dan rasa daging buahnya yang manis asam ini sangat enak jika dijadikan manisan segar yang siap menggoyang lidah Anda.




Manisan buah Pala ini bisa kita temukan di kawasan Tapaktuan, Aceh Selatan. Kawasan ini memamg terkenal akan produksi Manisan, Kue, Dodol, Syrup, Minyak maupun biji palanya (nut dan fuli) yang merupakan komuditas unggulan daerah ini. Selain di Aceh Selatan produksi pala juga banyak terdapat di kabupaten tetangganya yaitu Aceh Barat Daya, di kedua daerah ini sangat banyak tedapat kebun-kebun pala milik masyarakat setempat, ada yang tumbuh secara alami atau pun di budidayakan. Kebun-kebun pala usaha masyarakat ini umumnya di usahakan di bukit-bukit atau di gunung-gunung yang ada  di darerah tersebut, namun tidak jarang juga ada  di tanah dataran.

Di kabupaten lain di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam memang jarang dan bahkan tidak dapat kita temukan buah yang satu ini, ada yang bilang pohon pala hanya bisa tumbuh dan berbuah di kedua kabupaten tersebut, entah itu benar atau hanya sekedar argumen.



Perkebunan pala di daerah ini memang sudah terkenal sejak lama, bahkan pada masa masa penjajahan Belanda perkebunan pala sudah di usahakan oleh masyarakat setempat. Menurut sejarah awalnya bibit pala yang di tanam di daerah ini dibawa dari kepulauan Maluku yang merupakan tempat asal tumbuhan endemik Indonesia ini. Banyak masyarakat membuka perkebunan pala di karenakan prospek harga, pasar yang sangat menjanjikan, selain itu juga mengurusnya tidak memerlukan banyak hal secara khusus.

Berbicara masalah makanan dan minuman yang berbahan dasar buah pala. Tapaktuan adalah tempatnya, karena daerah ini memang terkenal akan para pengrajin manisan dan kue pala disebabkan mudahnya mendapatkan bahan baku yang memang melimpah didaerah ini. Kue pala contohnya cara membuatnya terbilang sangat unik lantaran setiap kue diukir berbentuk bunga seperti bunga mawar, melati dan jenis bunga lainnya. Sehingga tampilannya pun menjadi sangat menarik dan tentunya memiliki rasa yang khas dan enak.


Ada alasan mengapa di Aceh Selatan ada tugu berbentuk pala. Hal itu karena pohon pala tumbuh banyak dan alami di daerah ini. Pala merupakan salah satu rempah-rempah yang juga bermanfaat untuk penyedap makanan sekaligus sebagai obat. Jika daging buahnya dibuat menjadi aneka jenis kue, maka bijinya itu di disuling dan menghasilkan minyak pala yang banyak digunakan sebagai bahan pembuatan salep, ramuan, serta penyedap aroma pada jenis obat-obatan tertentu.


Bicara masalah harga, untuk buah pala basah itu diharagai Rp20.000 perkilo dan sekali panen itu bisa mencapai ratusan kilogram, untuk biji pala kering Rp50.000-60.000 perkilo, sedangkan untuk fuli atau orang Aceh Selatan sering menyebutnya bunga pala kering dapat mencapai harga Rp100.000 perkilo, dan untuk minyaknya Rp700.000-800.000 perkilo itu tergantung kualitasnya.


Untuk harga kue, misalnya kue pala seharga Rp10.000 perpack kecil sedangkan manisannya dapat mencapai Rp40.000 perbotol. Jika melihat prospek harga yang menggairahkan ini, pantaslah saat ini pohon pala merupakan tumbuhan primadona masyarakat Aceh Selatan, hal ini dikarenakan tingginya harga jual baik produk makanan, buah maupun minyaknya.


Jika anda penasaran akan rasanya, bagaimana pohon pala itu atau cara membuat aneka kue tersebut, Saya sarankan anda untuk berkunjung ke Kota Tapaktuan atau ke Blangpidie, di sana anda bisa temukan banyak toko yang menjual manisan, dodol, syrup, minyak buah pala dan lainnya sebagai bingkisan oleh-oleh untuk dibawa pulang. []



Penulis : Khairil Kasim

No comments:
Write komentar