Tuesday, April 14, 2015

Awas! Indonesia Darurat Komunis

Mantan Staf Ahli Panglima
TNI: Situasi Kita Hampir Sama
dengan Tahun 1965 dan Sekarang Amerika dan Cina Bersatu Kuasai Indonesia

JAKARTA – Mantan staf ahli Panglima TNI, Brigjen TNI (Purn) Adityawarman Thaha menyatakan bahwa kondisi Indonesia kini diambang bahaya komunis.

Adityawarman menyebut, Komunis Gaya Baru (KGB) pada awalnya terjadi ketika era reformasi. Hingga kini, orang-orang komunis berhasil masuk dalam pemerintahan, diantaranya menduduki kursi DPR dan MPR RI.





“Komunis Gaya Baru ini memanfaatkan setiap situasi dan kondisi yang ada. Di era reformasi inilah mereka berhasil mendudukkan orangnya di DPR dan di MPR. Ini tidak fitnah, saya dapat data-datanya dan bisa dipertanggungjawab,”
kata Brigjen TNI (Purn) Adityawarman
Thaha dalam Pengajian Politik Islam (PPI) yang digelar di Masjid Agung Al-Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, pada Ahad (12/4/2015).

Ia pun mengingatkan kepada masyarakat dan terutama kepada aparat agar tidak lalai dengan bahaya laten komunis.


“Kalau kita bicara komunis dengan
masyarakat yang tidak paham atau
jangankan masyarakat biasa dengan
aparat saja mereka ketawa,” tegasnya. Sebab, para penganut komunis sengaja menebar pengaruh di tengah masyarakat bahwa seolah paham komunis tidak lagi
berbahaya atau sudah tidak ada.
“Itu yang mereka kembangkan di tengah masyarakat, sehingga kita terninabobokan dan satu persatu mereka nyalip masuk di dalam pemerintahan,” ungkapnya.

Gejala tersebut terlihat dengan mulai tak dibahas lagi kekejaman PKI dalam buku-buku sejarah di sekolah.
“Apalagi di dalam buku-buku pelajaran sengaja dihilangkan, tidak lagi disebut PKI. Dengan inilah kami akan mencoba menemui Mendikbud supaya sejarah itu diteruskan,” tuturnya.

Melihat gejala kebangkitan Komunis Gaya Baru (KGB) Adityawarman menegaskan bahwa Indonesia dalam bahaya. “Saya berani mengatakan situasi kita hampir sama dengan tahun 1965,” tegas Ketua Pengurus Pusat (PP) Perhimpunan
Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia (PII) tersebut.

Ia pun menyerukan kepada seluruh elemen bangsa Indonesia untuk waspada. “Mereka itu sudah ada di mana-mana!” tandasnya. [AW]

Mantan Staf Ahli Panglima
TNI: Amerika dan Cina Bersatu
Kuasai Indonesia

Mantan staf ahli Panglima TNI, Brigjen TNI (Purn) Adityawarman Thaha mengingatkan bangsa Indonesia agar waspada terhadap Amerika Serikat dan Cina.

Menurutnya, kedua negara adi daya
tersebut memiliki kepentingan besar untuk menguasai negara mayoritas Muslim, Indonesia khususnya di bidang ekonomi.

“Yang sangat berbahaya adalah
bersatunya Yahudi Amerika dengan Cina RRC dalam menguasai Indonesia, terutama di bidang ekonomi. Mungkin kita sama-sama mengikuti di televisi bahwa RRC akan membangung bank di Indonesia untuk membantu geraknya pembangunan di Indonesia,” kata Brigjen TNI (Purn)
Adityawarman Thaha dalam Pengajian Politik Islam (PPI) yang digelar di Masjid Agung Al-Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta
Selatan, pada Ahad (12/4/2015).

Ia menambahkan, hal yang paling
berbahaya dari masuknya kepentingan Cina ke Indonesia adalah menghidupkan kembali bahaya laten komunisme. “Tidak ada saja RRC itu berkomunikasi dengan kita tahun 1965 itu, dia sudah bisa mendukung terjadinya pemberontakan G30SPKI, apalagi sekarang diajak untuk
membangun Indonesia secara terbuka,” ujarnya.

Adityawarman mengungkapkan, bila
Amerika Serikat telah mengeruk gunung emas Freeport di Papua, maka Cina juga berkepentingan dengan gas Tangguh. Ladang gas Tangguh merupakan sebuah
ladang gas alam yang terletak di
Kabupaten Teluk Bintuni, Provinsi Papua Barat, Indonesia. Ladang gas ini mengandung lebih dari 500 miliar m³ (17Tcf) cadangan gas alam terbukti, dengan taksiran cadangan potensial mencapai lebih dari 800 miliar m³ (28 Tcf).

“Amerika berkepentingan dengan Freeport, Cina berkepentingan dengan gas Tangguh dan banyak lain-lainnya yang akan menyusul,” ungkapnya.
Di sisi lain, sudah menjadi rahasia umum bahwa perekonomian Indonesia dikuasai oleh warga keturunan Cina.

“Kerjasama Amerika Cina, kemudian Cina WNI itu sendiri yang 80% ekonomi kita di tangan mereka. Kalau kita hitung orang-orang kaya di Indonesia mungkin hanya dua atau tiga orang yang melayu dan itu
pun ada yang ‘Ali Baba’ jadi namanya dia, tapi duitnya duit Cina,” tuturnya.
Ketua Pengurus Pusat (PP) Perhimpunan Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia (PII) itu juga mengungkapkan bahwa
Amerika Serikat tidak pernah menjadikan negara-negara lain menjadi negara maju, melain menjadikan negara seperti Indonesia ini terus bergantung kepada AS.

“Kita tidak membenci Amerika atau Cina sebagai bangsa, tetapi Amerika sebagai suatu pemerintahan yang nyata-nyata kita ikuti di negara mana saja, tidak ada yang betul-betul menjadikan negara lain maju
tetapi hidup tergantung dari mereka. Kita hanya diberi hidup untuk bisa makan, untuk bisa nyicil motor bagi rakyat, untuk bisa nyicil mobil bagi golongan menengah tidak lebih dari itu. Dia tidak akan membolehkan Indonesia ini menjadi negara besar, padahal kita akan sangat mampu untuk menjadi negara besar,”
ujarnya. [AW]


Sumber:
 (Panjimas.com)

No comments:
Write komentar